Thursday, April 26, 2007

Jam Karet + Bebek Angsa

Tadi malam ada makan-makan dalam rangka perpisahan salah satu teman yang mau pulang ke Indonesia. Saya dan suami ikutan datang. Tapi tamu di rumah kami ga mau ikut karena takut dingin, katanya. Ya udah, tamunya tinggal di rumah. Emang sih.... cuaca lagi ga menentu nih. Biasanya hari gini dah hangat, ga perlu nyalain heater. Nyatanya di rumah kami kalo malam masih pake heater, soale tamu kami itu kedinginan. Kalo buat saya dan suami, sekarang chodo ii. Ga terlalu dingin ga terlalu panas.

Jadi datanglah kami ke acara itu. Jam 19.20 tet, kami sampai di tempat acara. Ada beberapa teman yang udah datang juga. Menunggu dan menunggu bikin saya jadi tambah lapar, soalnya sengaja ga makan sebelum berangkat. Di undangan, acaranya mulai jam 19.30, karena persiapan belum beres trus sambil nunggu teman-teman yang lain juga akhirnya molor jadi jam 20.00. Celakanya, yang diundang ga hanya sesama orang Indonesia aja. Ada orang Jepang juga.

Orang itu datang bersama istrinya. Dia ternyata beberapa tahun yang lalu pernah jadi konsultan masalah peningkatan produksi padi di Indonesia. Udah pake jasa konsultan gitu, kenapa masih import beras juga ya?? Naah... waktu memperkenalkan diri, orang itu sempat nyindir. Dia bilang, saya kira "jam karet" cuma ada di Indonesia rupanya di Jepang juga ada ya?! O iya, kayaknya dia pernah tinggal lama di Indonesia soalnya suami istri itu lancar berbahasa Indonesia. Ga tau deh, waktu itu muka kita kaya apa warnanya pas disindir begitu. Tapi kita-kita tetap cengengesan aja......

Trus makan-makan deh. Menunya selera Indonesia lho.... Soalnya yang masak kita-kita juga (kecuali bapak-bapak).

Pas mau pulang, orang itu ngomong lagi. Ya... basa-basi gitu deh. Ngucapin makasih, makanannya enak, natsukashii aji Indonesia no ryouri trus senang bisa ketemu banyak orang Indonesia. Dan terakhirnya, dia ngajak nyanyi sama-sama. Tebakan saya, kayaknya nyanyi lagu Begawan Solo deh! Lagu itu kan banyak dikenal dan disukai sama orang Jepang. Eh...rupanya, salah! Yang dinyanyiin lagu Potong Bebek Angsa. Setelah sekian lama ga denger itu lagu, taunya diajak nyanyi lagu itu sama orang Jepang. Ya udah, kita semua nyanyi sambil ketawa-ketiwi.

Mau mengingat-ingat dulu, kapan ya terakhir saya denger dan nyanyiin lagu itu??:-?


Note :
chodo ii : pas, cukup baik.
natsukashii aji Indonesia no ryouri : ungkapan yang menyatakan udah lama ga nyobain makanan Indonesia.

Wednesday, April 18, 2007

Mistranslate

Istilah bahasa asing bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kadang kala terdengar agak aneh. Sering kali kita tetap menggunakan istilah bahasa asing tersebut dalam percakapan sehari-hari walaupun ada terjemahannya. Contohnya seperti HaPe (Hand Phone), dalam bahasa Indonesia disebut "telepon genggam" tapi orang-orang (termasuk saya) tetap aja menyebutnya Hape.

Berikut ini ada sedikit cerita tentang terjemahan yang terdengar aneh atau mungkin bisa disebut juga terjemahan yang salah.

*****
Kira-kira dua minggu yang lalu saya diminta mewawancarai seseorang (perempuan) untuk mengecek (level) kemampuan berbahasa Indonesia. Yang saya cek adalah orang Jepang yang sebelumnya sudah pernah belajar dan tinggal di Indonesia:)

Pertanyaannya mulai dari siapa namanya, lalu saya pun memperkenalkan diri trus ditambah basa-basi nanyain kabar. Namanya Ibu Oka**** Trus berlanjut ke pertanyaan berikut ini.
Saya : "Sejak kapan ibu belajar bahasa Indonesia?"
Oka**** :"Saya belajar waktu saya tinggal di Jakarta."
Saya : "Oo... ibu sebelumnya pernah tinggal di Jakarta ya?!"
Oka**** : "Ya, saya tinggal di Jakarta Selatan."
Saya : "Berapa lama ibu tinggal di Jakarta?"
Oka**** : "Setengah empat tahun."
Saya : "Haa...:-/ Maksud ibu?" Sambil mencoba mengecek kemampuannya untuk menjelaskan statement yang dia sebutkan.
Oka**** : "Iya, empat setengah tahun." Keukeuh sama jawabannya.:-

Kelihatannya dia sulit menjelaskan jadi terpaksa pertanyaannya diganti deh....
Saya : "Waktu itu, tahun berapa ibu pindah dari Jepang ke Indonesia?"
Oka**** : "Tahun 1994."
Saya : "Pas musim apa?"
Oka**** : "Musim gugur."
Saya : "Lalu kapan kembali ke Jepang lagi?"
Oka**** : " Musim semi tahun 1998."
Saya : "Wakarimashita...... ";))

Lanjut sama pertanyaan berikutnya ya...
Saya : "Ibu ke sini naik apa?"
Oka**** : "Naik kereta."
Saya : "Berapa lama perjalanannya?"
Oka**** : "Hmm... 25 menit. Saya naik kereta lokal jadi cukup lama."
Saya : "Ibu berangkat dari rumah menuju stasiun jam berapa?"
Oka**** : "Kira-kira jam setengah...... Juichi ji han:-/, bahasa Indonesianya jam setengah dua belas bukan ya?!" Dia balik bertanya.
Saya : "Ya, betul sekali."
Trus lanjut sama pertanyaan lain yang lebih menuntut dia supaya bicara lebih banyak.

Ternyata ibu Oka**** itu menyamakan cara menyebutkan jam dan tahun. Kalau jam 11.30 memang biasa disebut setengah dua belas. Tapi 3,5 tahun tidak lazim disebut setengah empat tahun.
*****

Suami saya baru dapat kenalan baru, orang Jepang yang pernah tinggal di Indonesia juga. Trus dia ngajak makan malam sama-sama, istrinya juga ikut jadi saya diajak juga (kalo ditawari makan, saya sih nggak nolak....:P). Singkat cerita, kita janjian ketemu di Tsukuba Center. Ndilalah... Istrinya mendadak ga bisa ikut. Ya udah, setelah ngomong-ngomong sebentar akhirnya kita pergi ke restoran sushi tanpa istrinya.

Kita makan sambil ngobrol tentang Indonesia. Mungkin lebih tepatnya orang itu bernostalgia, menceritakan pengalaman-pengalamannya waktu tinggal di Indonesia. Bahkan dia dan istrinya juga menikah di Jakarta. Tapi nikahnya tetap dengan orang Jepang, bukan orang Indonesia ;)

Trus dia cerita bahwa setahun yang lalu dia dan istrinya liburan ke Singapura. Pengennya mampir juga ke Jakarta.
Dia : "Tapi istri saya takut ke Indonesia waktu itu."
Suami : "Eh... Kenapa takut?":-/
Dia : "Karena waktu itu sedang ada ayam masuk angin."
Suami & saya : "Hee... Apa?":-O
Saya : "Maksud bapak, tori infuruenza? Flu burung?"
Dia : "Oo... tori infuruenza kalo diterjemahkan jadi flu burung ya?! Kirain, ayam masuk angin.":DB-)
Kita (termasuk dia juga) : "Hahaha...... "=))
*****


Note :
  • Wakarimashita : sudah mengerti.
  • Juichi ji han : jam 11.30.
  • tori infuruenza : flu burung dalam ejaan bahasa Jepang.

Saturday, April 07, 2007

Deadline

Duh.... dah seminggu lebih nih ga posting. Padahal ada beberapa cerita yang mau di-posting. Namun apalah daya, deadline sedang mengejar-ngejar. Ditambah lagi, sedang kedatangan tamu dari Bandung sampe akhir bulan ini (asyiik lho...:x dibawain batagor ama brokus). Ga enak juga, kalo lama-lama nongkrong (nge-net) di depan komputer. Paling cuma sempat ngecek dan balas email, lalu baca berita-berita tentang tanah air. Mampir di blog ini juga sempatnya untuk ngecek shout box aja. Buat yang udah mampir dan sapa-sapa, mohon maaf ya kalo balasannya kurang ramah.

InsyaAllah, setelah kesibukan ini mereda... I'll back soon. Hehehe... :Dmereda aja udah syukur, soalnya kalo nunggu selesai kayaknya ga ada selesainya. Malah mungkin bakalan berlanjut dengan kesibukan yang lain. OK, just wait and see !

Monday, April 02, 2007

Publikasi

Setelah tulisan ini, terus ini dan yang ini, akhirnya tulisan saya muncul lagi. Alhamdulillah...O:)
*****

*Saudara yang Terabaikan*

Sebenarnya saya sudah sering bertemu dengan wanita dan anak gadis kecilnya itu. Baik saat menunggu di halte ataupun di dalam bis yang biasa saya naiki menuju Tsukuba Center. Seingat saya, wanita itu selalu memakai sari (pakaian khas wanita di egara-negara Asia Selatan) yang dilengkapi selendang lebar dengan warna yang senada motif pakaiannya. Kemungkinan mereka berasal dari salah satu negara yang ada di Asia Selatan.

Pagi itu, kembali saya bertemu mereka di halte bis. Di situ hanya ada saya, wanita dan gadis kecil itu. Saya sapa mereka dengan anggukan kepala tanpa kata ataupun salam. Sebelumnya saya juga selalu berlaku demikian. Ada keraguan, muslimkah mereka? Mengingat negara-negara di Asia Selatan juga banyak yang beragama non-muslim.

Gadis kecil dan ibunya bercakap-cakap dengan bahasa yang sama sekali tidak saya pahami. Mereka tidak menggunakan bahasa Jepang ataupun Inggris. Mereka bercakap-cakap sambil sesekali melirik ke arah saya Sepertinya mereka membicarakan saya. Hanya saja saya tidak bisa mengerti apa isi pembicaraan mereka.

Tiba-tiba wanita itu bergerak mendekati saya. Langkahnya terlihat ragu-ragu namun gadis kecil itu terus mendorong ibunya agar semakin mendekat.
“Maaf, anak saya ingin tahu anda berasal dari mana?” Dia bertanya dengan bahasa Inggris yang terbata-bata.
“Dari Indonesia.” Jawab saya sambil tersenyum kepada mereka. “Dan anda dari mana?”
Pakistan.” Jawabnya singkat.

Wanita itu menterjemahkan jawaban saya kepada anaknya. Mereka kembali terlibat percakapan dalam bahasa yang tidak saya pahami tadi. Mungkin mereka menggunakan bahasa dari negara asalnya.
“Anak saya bilang bahwa sebelumnya dia pernah melihat anda sewaktu di mesjid.”

Plak. Ucapannya yang tenang itu terasa seperti tamparan ke wajah saya. Kemana saja saya selama ini? Apa saja yang saya kerjakan? Sampai-sampai saya tidak mengenal mereka. Padahal muslim yang tinggal di Tsukuba masih sedikit (dibanding kota lainnya di Jepang). Seharusnya lebih mudah untuk mengingat wajah-wajah saudara seiman walaupun kadang tidak selalu ingat akan namanya. Wajarlah kalau gadis kecil itu mengenal saya.

Mereka juga muslim yang berarti saudara seiman dengan saya. Tak sepantasnya saya mengabaikan mereka. Bahkan ucapan salam pun belum sempat terucap dari bibir saya. Astaghfirullah …..

Ternyata kepekaan terhadap orang-orang yang berada di sekitar saya, masih kurang. Allah SWT telah mengingatkan saya lewat gadis kecil dan wanita itu. Melalui mereka, saya juga diingatkan kembali bahwa setiap muslim itu bersaudara. Saudara yang berhak mendapatkan salam ketika saya menjumpainya. Sama haknya seperti saudara-saudara seiman lainnya tanpa terhalang oleh suku dan asalnya.
Wallahu’alam bisshowab.

@};-Awal musim semi @ Tsukuba@};-


Publikasi di Eramuslim.