Thursday, February 15, 2007

Speechless

Beberapa hari yang lalu, banjir besar melanda ibukota Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya.:-S Kebetulan pada saat itu, seorang teman ada urusan pekerjaan yang mengharuskan dia pergi ke Jakarta dan Bekasi. Itu pertama kalinya dia berkunjung ke Indonesia.

Sebelum berangkat, dia sempat tanya-tanya tentang keadaan di Indonesia khususnya Jakarta dan Bekasi. Mulai dari musim dan suhu harian serta pakaian yang cocok karena mengingat di Tsukuba saat itu masih musim dingin. Saya jelaskan bahwa di Indonesia sedang musim hujan. Hampir setiap hari turun hujan. Tapi tidak terlalu dingin dibanding suhu musim dingin.

“Kalo gitu, ga perlu bawa pakaian yang tebal-tebal dong ya?!”
“Ga perlu. Cukup pakaian seperti musim semi di sini. Kalo mau, bawa aja jaket atau jumper anti hujan.” Begitu saran saya.

Sengaja saya tidak cerita tentang banjir yang melanda ibukota. Khawatir dia menjadi takut untuk datang ke Indonesia;). Makanya saya bilang saja, “tiap hari turun hujan.”
Singkat cerita, berangkatlah dia ke Jakarta. Padahal waktu itu “banjir” sedang menjadi headline semua media di tanah air. Dalam hati saya berharap, se
moga dia tidak kapok untuk berkunjung lagi ke Indonesia di lain waktu.

Dia mengontak saya lagi sekembalinya dari Indonesia. Saya (S) tanyakan pengalaman dia (D) selama 3 hari di Jakarta dan Bekasi.

S : “Gimana di Indonesia? Ada kesulitan yang berarti ga?”
D : “Taihen desukeredomo #:-S omoshirokatta. Kalo untuk urusan pekerjaan ga ada kesulitan, saya dibantu oleh penterjemah.”

S : “Syukurlah kalo begitu. Selama di Indonesia nginap dimana?”
D: “Nginap di hotel, di Jakarta. Benar kata anda, setiap hari turun hujan. Hujannya benar-benar besar ya…?! Sampe di mana-mana banjir trus jalanan macet. Bahkan ada yang ga bisa dilewatin kendaraan.”
S : “Ya… kalo musim hujan memang selalu begitu. Sumimasen..."/:)
D : "Jakarta to Tokyo amari kawaranai deshou ne. Keramaian dan suasana sibuknya termasuk juga kemacetan lalu lintasnya tida
k berbeda. Gedung-gedung tinggi di Jakarta malah lebih banyak daripada di Tokyo. Lalu kenapa terjadi banjir?”:-/
S : “Soalnya kota Jakarta itu dilewati banyak sungai. 3 di antaranya adalah sungai-sungai besar, Ciliwung, Citarum dan Cisadane. Sungai-sungai itu melewati Jakarta menuju ke laut.”
D : “Tokyo juga dilewati sungai tapi ga banjir tuh. Apa yang salah sama sungai-sungai di Jakarta?”

S : ”Karena di Jakarta penduduknya banyak dan ada yang suka buang sampah ke sungai. Jadi kalo hujan terus-terusan, airnya meluap lalu banjir dimana- mana.” Bingung jawabnya, jadi yang keluar jawaban begitu deh....:-
D : “Penduduk Tokyo juga padat tapi mengerti bahwa sungai tuh bukan tempat sampah. Kenapa orang-orang di Jakarta ga ngerti itu?”
S : *speechless ^:)^*

Note:
-
Taihen desukeredomo omoshirokatta : Capek/berat tapi menarik.
-
Sumimasen : Maaf.
-
Jakarta to Tokyo amari kawaranai deshou ne : Jakarta dan Tokyo tidak terlalu berbeda ya..

Wednesday, February 07, 2007

Toilet Kaki Tangan

Apa yang tercetus dalam pikiran anda ketika membaca judul di atas?
Toilet untuk mencuci kaki dan tangan kah :-/

Seorang teman (orang Indonesia) bercerita bahwa di Malaysia ada yang disebut “toilet kaki tangan” Teman tersebut sudah bertahun-tahun tinggal dan bekerja di Malaysia. Awalnya dia pikir, itu toilet khusus untuk orang-orang yang mau berwudhu. Tapi kemudian dia berpikir lagi, wudhu juga perlu mencuci muka, mengusap sebagian rambut dan membasuh kuping juga kan?!

Lalu "toilet kaki tangan" itu, maksudnya toilet apa :-/

Walaupun bahasa melayu yang dipakai di Malaysia hampir sama dengan bahasa Indonesia tapi ada beberapa kata/istilah yang berbeda konteks penggunaannya. Toilet kaki tangan ini kalau kita artikan dengan bahasa Indonesia, mungkin saja berarti toilet khusus untuk mencuci kaki dan tangan. Namun dalam bahasa melayu Malaysia, toilet itu maksudnya adalah toilet khusus untuk staf atau karyawan. Staf only, begitu lho maksudnya…:D

Memang benar “kaki tangan” juga berarti staf. Tapi dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut berkonotasi negatif. Misalnya kaki tangan perampok atau kaki tangan teroris. Sama-sama berarti staf, karyawan atau anak buah tapi konotasinya berbeda dengan “kaki tangan” bahasa Malaysia.

Kebayang deh, kalau tinggal di Malaysia pasti banyak istilah-istilah yang bikin lucu karena berbeda konteks pemakaiannya dengan bahasa Indonesia. Dan mungkin saja, ini juga berlaku bila orang Malaysia mendengar bahasa Indonesia ;))