Wednesday, October 15, 2014

Filosofi Pohon Kurma

 "Orang besar akan bertunas seperti pohon kurma."

Pernahkah mendengar kalimat bijak seperti itu? Memang itu bukan kalimat yang cukup populer. Tapi mari pahami filosofi hidup pohon kurma berikut ini.


Pohon kurma lazim dijumpai di Timur Tengah. Dengan kondisi tanah yang kering, gersang, tandus dan kerap dihantam badai gurun yang dahsyat, hanya pohon kurma yang bisa bertahan hidup. Tak berlebihan kalau pohon kurma dianggap pohon yang tahan banting.

Kekuatan pohon kurma ada di akar-akarnya. Petani di Timur Tengah menanam biji kurma ke dalam lubang pasir lalu ditutup dengan batu. Menagapa ditutup batu? Ternyata, batu tersebut memaksa pohon kurma untuk berjuang tumbuh ke atas. Justru karena pertumbuhan batang mengalami hambatan, membuat pertumbuhan akar ke dalam tanah menjadi maksimal. Setelah akarnya menjadi kuat, barulah biji pohon kurma itu bertumbuh ke atas, bahkan bisa menggulingkan batu yang menekan di atasnya.

"Ditekan dari atas agar bisa mengakar kuat ke bawah."

Bukankah itu prinsip kehidupan yang luar biasa?

Sekarang harusnya kita tahu mengapa Allah kerap kali mengijinkan tekanan hidup datang. Bukan untuk melemahkan dan menghancurkan kita, malah sebaliknya.

Allah mengijinkan tekanan hidup itu untuk membuat kita berakar makin kuat. Tak sekedar bertahan tapi ada waktunya benih yang sudah mengakar kuat itu akan menjebol "batu masalah" yang selama ini menekan kita. Hingga suatu saat nanti kita keluar menjadi pemenang kehidupan.

Allah mendesain kita seperti pohon kurma. Sebab itu jadilah tangguh, kuat dan tegar menghadapi beratnya kehidupan. Milikilah cara pandang positif bahwa tekanan hidup tak akan pernah bisa melemahkan, justru tekanan itu akan memunculkan kita menjadi pemenang-pemenang kehidupan.

Wallahu 'alam bishowab.

Sumber : group alumni Biogama'97
image by ontheroad2firdaus

Friday, April 25, 2014

Multi Tasking

Kemarin saya menghadiri acara talkshow dalam rangka peringatan hari Kartini. Salah satu narasumber adalah Lolita Malaiholo. Materi yang disampaikannya tentang wanita dan teknologi informasi (IT). Seperti penggunaan perangkat-perangkat IT dalam aktivitas wanita sehari-hari. Baik itu untuk menunjang aktivitas kerja di luar maupun di dalam rumah.

Materi dan cara menyampaikannya cukup menarik perhatian peserta yang hadir. Namun saya merasa terkesan ketika beliau memaparkan tentang tugas-tugas wanita, lebih spesifik lagi ketika sudah menjadi istri dan ibu.

Bila rumah tangga diibaratkan sebagai suatu negara maka suami (laki-laki) adalah presiden. Lalu bagaimana dengan istri ? Tentu saja, istri menjadi wakil presiden. Dalam menjalankan roda pemerintahan, presiden tidak hanya dibantu oleh wakil presiden saja. Tapi juga dibantu oleh beberapa mentri sesuai bidang kerja yang dibutuhkan. Di dalam rumah tangga, beberapa bidang pekerjaan dirangkap oleh satu orang menteri yaitu istri/ibu. Apa saja bidang pekerjaan itu, mari kita lihat satu persatu.

Menteri dalam negeri, yang menjadi kepanjangan tangan suami dalam mengatur dan menciptakan suasana nyaman dan hangat di dalam rumah.

Menteri keuangan, mengatur keuangan rumah tangga. Mulai dari uang belanja, bayaran sekolah dan les anak, gaji asisten (bila memakai jasa asisten), biaya transportasi dan bahan bakar minyak, menyisihkan dana untuk tabungan, liburan sampai biaya tak terduga.

Menteri pendidikan, sudah jelas menjadi pendidik bagi anak-anak. Sekaligus menjadi contact person di sekolah atau tempat les anak.

Menteri tenaga kerja, mengkoordinir tugas serta melatih orang yang membantu perkerjaan dalam rumah tangga. Seperti PRT dan supir (jika ada).

Tuh, multi tasking kan?! Itu yang bisa dianalogikan dengan menteri yang ada di dalam pemerintahan. Belum lagi tugas lainnya. Sehingga wanita dituntut untuk cerdas dan cermat dalam menjalankan tugasnya sebagai istri dan juga ibu.

Thursday, February 13, 2014

Asisten, PRT atau bibik?

Salah satu kegiatan awal bulan bagi kebanyakan ibu-ibu adalah arisan. Termasuk saya. Walaupun saya berusaha selektif terhadap ajakan arisan. Hanya yang menurut saya perlu saja yang diikuti. Contohnya adalah arisan RT di komplek perumahan. Alasan perlu ikut arisan RT adalah agar bisa bertemu (silaturahim) dan update berita seputar tetangga dan lingkungan tempat tinggal. Bagaimanapun, tetangga adalah saudara terdekat. Karena sebagian besar ibu-ibu tetangga saya termasuk sibuk sehingga agak sulit menyediakan waktu untuk ngobrol. Jadi saat arisanlah waktunya ngobrol dengan tetangga.

Yang mau saya ceritakan di sini bukanlah tentang teknis dan acara arisan. Kalau hal itu sudah bisa ditebak. Kumpulkan uang, kocok-kocok, taraaa.... Ketahuan deh siapa yang dapat?! Namun saya ingin berbagi tentang obrolan di saat arisan terakhir ini. Topiknya tentang asisten rumah tangga atau sering juga disebut si bibik.

Salah satu tetangga agak kerepotan setelah asistennya berhenti bekerja. Sebelumnya dia memakai jasa dua orang asisten. Yang satu nginap dan satu lagi pulang-pergi. Dan sekarang keduanya berhenti, walaupun tidak bersamaan. Otomatis, sang ibu kerepotan mengurusi pekerjaan rumah dan anak-anak. Hingga sempat sakit karena kelelahan.

Jaman sekarang, keberadaan asisten rumah tangga bisa dikatakan sebagai kebutuhan semi primer. Ini untuk kehidupan mayoritas kota-kota di Indonesia ya. Karena sering kita temukan, keadaan rumah jadi berantakan karena tidak ada asisten atau si bibik berhenti. Karena tidak ada orang yang membantu merapikan rumah serta mengurus anak-anak. Kalau soal makanan, masih bisa beli di luar.

Saya jadi ingat ibu-ibu di Jepang. Mereka mengurus anak dan rumah tangga sendiri tanpa bantuan asisten. Sama seperti di sini, alat-alat rumah tangga sudah serba listrik. Sehingga bisa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu. Jadi asisten memang tidak terlalu dibutuhkan. Dan terkadang sang ibu juga bekerja di luar rumah. Bila anaknya belum usia sekolah, dititipkan di day care. Sama kan, di sini juga ada penitipan anak?!  Lalu mengapa kita di sini seperti lumpuh bila tanpa asisten?!