Wednesday, November 27, 2013

Pengamen Jalanan

Sering lihat pengamen jalanan kan?! So pasti. Pengamen hampir selalu ada di setiap tempat. Di dalam kendaraan umum, di persimpangan lampu merah ataupun di beberapa warung makan. Dari yang usia anak-anak sampai orang tua.

Awalnya saya berpikir, orang-orang menjalani profesi sebagai pengamen demi sesuap nasi. Mereka tidak punya keahlian untuk pekerjaan lain sehingga terpaksa mengamen untuk menafkahi hidupnya. Itulah kenapa musik dan lagu yang mereka nyanyikan terkadang tidak terdengar bagus. Alat musik yang mereka gunakan kadang juga sangat sederhana sekali. Ada yang berupa kecrekan dari tutup-tutup botol yang diberi pegangan kayu, atau botol plastik bekas yang diisi (seperti) pasir kaca. Namun ada juga yang menggunakan alat musik sebenarnya seperti gitar, harmonika, suling serta perkusi. Apapun alat musik yang mereka gunakan, sebutannya tetap pengamen.

Sekarang pengamen bukan hanya untuk mecukupi nafkah tapi banyak yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menjadi penyanyi profesional. Lihat saja ketika audisi pencarian bakat, tak sedikit pengamen yang ikut mendaftar. Walaupun dengan kemampuan yang sangat pas-pasan mereka percaya diri mengikuti audisi tersebut. Mereka berharap walaupun tidak terpilih sebagai finalis, paling tidak wajahnya dan penampilannya ditonton banyak orang sehingga bisa menjadi terkenal (selebritis baru).

Fenomena pengamen jalanan yang menjadi juara ajang pencarian bakat, sedikit banyak memotivasi para pengamen lainnya. Namun sejauh ini saya tidak melihat karier yang cemerlang setelah pengamen itu menjadi juara dan terkenal. Materi yang mereka dapatkan mungkin lebih daripada sebelumnya. Tapi sebagai penyanyi, mereka tidak mempunyai master piece berupa album ataupun lagu single yang disukai dan dikenang banyak orang. Itu mungkin saja karena mereka tidak memiliki bekal yang cukup untuk bersaing menjadi penyanyi profesional.

Monday, November 04, 2013

Mocaf Sebagai Pengganti Terigu

Modified cassava flour (Mocaf), tepung hasil olahan singkong yang diproses dengan memodifikasi sel singkong melalui fermentasi yang melibatkan mikroba (bakteri asam laktat). Tepung ini digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti terigu. Sekarang sudah beredar di pasaran, dikenal dengan nama Mocal ataupun Mocaf.

Berbeda dengan tapioka yang bertekstur licin karena prosesnya berupa ekstraksi pati dari umbi singkong, tepung mocaf memiliki tekstur yang lebih mirip terigu. Dan karena aktifitas mikroba pada saat fermentasi, rasa pahit dan aroma khas singkong (yang disebabkan oleh kandungan asam sianida / HCN) pada tepung mocaf dapat dihilangkan.

Seperti halnya kedelai yang mengalami peningkatan nilai gizi setelah difermentasi menjadi tempe, maka begitu pula dengan singkong yang berubah menjadi tepung mocaf. Tepung mocaf memiliki kandungan serat yang tinggi (dibandingkan gandum) sehingga dapat mengurangi penyerapan kolesterol, mengencerkan toksin dan meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek. Karena dihasilkan melalui fermentasi, tepung mocaf juga mempunyai efek prebiotik yang membantu pertumbuhan mikroba di dalam saluran pencernaan sehingga sistem pencernaan menjadi lebih sehat. Untuk karbohidrat, kandungan  mocaf setara dengan tepung terigu/gandum namun bebas gluten.

Gluten adalah jenis protein dari olahan serealia seperti gandum, barley, rye dan oats. Gluten biasanya dihindari oleh penderita diabetes, autis dan celiac disease (penyakit intoleransi terhadap gluten). Pada penderita autis, tubuhnya tidak bisa menghasilkan enzim pencerna gluten. Akibatnya protein ini akan menjadi komponen yang bersifat toksik/racun dan mengganggu fungsi otak, sistem imunitas serta menimbulkan gangguan perilaku. Jadi, mocaf adalah pilihan yang baik untuk makanan bebas gluten bagi penderita penyakit tersebut.

Sumber : Booklet "Mengenal Tepung Mocaf".