Sering lihat pengamen jalanan kan?! So pasti. Pengamen hampir selalu ada di setiap tempat. Di dalam kendaraan umum, di persimpangan lampu merah ataupun di beberapa warung makan. Dari yang usia anak-anak sampai orang tua.
Awalnya saya berpikir, orang-orang menjalani profesi sebagai pengamen demi sesuap nasi. Mereka tidak punya keahlian untuk pekerjaan lain sehingga terpaksa mengamen untuk menafkahi hidupnya. Itulah kenapa musik dan lagu yang mereka nyanyikan terkadang tidak terdengar bagus. Alat musik yang mereka gunakan kadang juga sangat sederhana sekali. Ada yang berupa kecrekan dari tutup-tutup botol yang diberi pegangan kayu, atau botol plastik bekas yang diisi (seperti) pasir kaca. Namun ada juga yang menggunakan alat musik sebenarnya seperti gitar, harmonika, suling serta perkusi. Apapun alat musik yang mereka gunakan, sebutannya tetap pengamen.
Sekarang pengamen bukan hanya untuk mecukupi nafkah tapi banyak yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menjadi penyanyi profesional. Lihat saja ketika audisi pencarian bakat, tak sedikit pengamen yang ikut mendaftar. Walaupun dengan kemampuan yang sangat pas-pasan mereka percaya diri mengikuti audisi tersebut. Mereka berharap walaupun tidak terpilih sebagai finalis, paling tidak wajahnya dan penampilannya ditonton banyak orang sehingga bisa menjadi terkenal (selebritis baru).
Fenomena pengamen jalanan yang menjadi juara ajang pencarian bakat, sedikit banyak memotivasi para pengamen lainnya. Namun sejauh ini saya tidak melihat karier yang cemerlang setelah pengamen itu menjadi juara dan terkenal. Materi yang mereka dapatkan mungkin lebih daripada sebelumnya. Tapi sebagai penyanyi, mereka tidak mempunyai master piece berupa album ataupun lagu single yang disukai dan dikenang banyak orang. Itu mungkin saja karena mereka tidak memiliki bekal yang cukup untuk bersaing menjadi penyanyi profesional.
No comments:
Post a Comment