Tuesday, December 26, 2006

Regularity vs Irregularity

Saat mula-mula tiba di negeri sakura ini, saya berusaha menyesuaikan diri dengan kultur orang-orang di sini ;;)Mau bepergian naik bis, 5 menit sebelum jadwal keberangkatan saya usahakan sudah tiba di halte. Kalau berjanji dengan teman di suatu tempat, saya juga berusaha berada di tempat tersebut 5 menit sebelumnya. Begitu pula waktu ada jadwal ke rumah sakit, 10 menit sebelumnya saya usahakan sudah mendaftarkan diri pada receptionist agar bisa dipanggil persis seperti yang telah dijadwalkan.

Termasuk juga masalah sampah. Tidak hanya di tempat umum, di rumah pun saya biasakan membuang sampah sesuai dengan peruntukkan jenisnya (burnable/non-burnable garbage, cans & jars, plastic bottles, used paper, etc). Jadwal pengambilan sampah oleh divisi kebersihan kota pun sudah ditentukan. Kita tinggal menyesuaikan, tiap hari apa kita meletakkan burnable/non-burnable garbage dan jenis sampah lainnya di tempat penampungan sampah yang tersedia di sekitar pemukiman kita.

Memang tidak mudah untuk menyesuaikan diri berlaku seperti itu. Sekilas mungkin tampak terlalu strict. Namun semakin lama dijalani, akhirnya saya mulai bisa mengikuti ritme keteraturan di sini#:-SApalagi didukung kondisi lingkungan yang kondusif sehingga tidak ada alasan untuk melenceng dari ketidakteraturan.[-X

Namun pernahkah terpikir bahwa gaya hidup yang serba tertib dan teratur itu ternyata menjenuhkan? Bahkan bisa menyebabkan stress:-/

Seorang teman bilang bahwa sensei-nya ceria sekali kalau ada rencana ke Indonesia. Bisa relaks dan santai walaupun sedang dalam perjalanan dinas, katanya. Kenapa bisa begitu ya :-/

Di Indonesia, mau naik taksi atau angkutan umum bisa dimana saja. Tidak harus di halte atau terminal, di tengah jalan juga bisa. Merokok di tempat umum juga boleh. Tidak harus di smoking area. Begitu pula puntung rokoknya bisa dibuang dimana saja. Sambil jalan trus diinjak juga boleh;)) Buang sampah kertas, botol plastik ataupun kaca dalam satu tempat sampah juga tidak apa-apa. Janjian telat sedikit, dimaafkan. Bebas tidak terkekang :D/dan tidak ada yang bilang "dame" kalau berbuat begitu, katanya.

Sebaliknya, beberapa teman mengaku shock #-osaat kembali ke tanah air setelah beberapa tahun tinggal di sini. Cultural shock. Menyesuaikan diri lagi dengan Indonesian style kadang membuat mereka sedikit stress. Mereka merindukan keteraturan.

Punya pengalaman seperti ini? Atau ada yang punya tips/trik menghindari cultural shock? Please, share with me:x



*Dame : hal yang tidak baik bila dilakukan.

5 comments:

Vina said...

Iya Shin.. [tanpa bermaksud tinggi hati & menganggap Indonesia bangsa ga ber-culture] Kita2 yg pernah tinggal di luar negeri [negeri manapun yg NB lebih teratur manusianya] pas pulang pasti mengalami cultural shock lagi, meskipun kita sebelumnya udh bertahun2 tinggal di kampung halaman. Kynya wajar, tp sayangnya [menurut pengalamanku] nantinya kita 'give up' krn ga tahan dgn kultur kita & at the end of the day kita [suka ga suka] bakal balik lagi ke kultur leluhur kita: KETIDAKTERATURAN.. Sad but true :]

putri said...

Tips nya gampang sih kalau saya mah... 'Dinikmati aja hidup kita dimana saat ini'
hehehe...

Alex Ramses said...

Pertama, salam kenal. Hmmm, cultural shock,,, kalau saya sih tinggal di Egypt yang mirip2 indo deh keadaan sosialnya, jadi ya gak ada shock-shockan deh.

Yang aneh istri saya, dari bayi leutik tinggal di tokyo tapi kalau di jakarta gak shock dan gak merasa aneh. bahkan saya yang merasakan aneh akan gaya dia itu. Dia nyetir di jakarta kaya orang2 jakarta itu, sigap dan pinter nyerobot. Saya bilang ke bini: "loh, kan dirimu di tokyo gak kaya gini, tertib dan gak ugal2an, bahkan sering mempersilakan mobil lain untuk duluan". Dia jawab : "hunny,, di sini kan beda, kalau di jakarta nyetir kaya di tokyo, kita gak aka smpai2 dan bahkan jadi korban keganasan orang lain". (istri saya memang selalu nyetir kalau kemana-mana, karena saya kurang pandai nyetir dan terlalu lamban kata istri).

Tapi kalau masalah waktu, bini tetap tepat waktu dan disiplin meskipun di jakarta.

Anonymous said...

wah kalo di india kebalikannya deh.. disini malah lebih parah dari indo kalo soal kedisiplinan berlalu-lintas.. saling serobot n klakson gk bisa berhenti.. n juga masalah kebersihan.. masih menang kita deh.. disini orang berak dan kencing sembarangan dimana2.. *krn penduduknya banyak sih*..
yang kita kalah hanya dari segi pendidikan dan kesederhanaan...

Mamah Ani said...

Bener kata putri, nikmati saja hidup yang hanya sekali dan amat sangat sebentar ini ( bandingannya dengan usia alam semesta ya )
Menurutku sih, yang berjiwa nggak dewasa, nggak matang, akan mengalami gegar budaya
kalau kembali ke indo, banyak yang nyebelin, ya kita jangan menyerah aja melakukan yang terbaik, cara buang sampah aja nyebelin koq, berlalu lintas juga nyebelin koq, pokoknya, jangan malah jadi ikutan nyebelin,
anak anakku pernah mengalami shock sekembalinya ke indo, diantaranya lihat wc sekolah yang basah dan bau...heuheuheu, seiring berjalannya waktu, mereka happy happy aja tanpa ikut ikutan jadi jorok koq
btw...emang bininya alex mah superwoman ya...hebat lah, mantap dan oks banged deh
selamat bergembira ria dimanapun kita berada, kalau gembira, pasti berenergi, kalau berenergi, pasti bisa memberi manfaat, tul nggak ?