Friday, January 05, 2007

Chanoyu : When Eyes Saying Much

Suatu pengalaman menarik bagi saya ketika diundang mengikuti upacara minum teh ala Jepang (Chanoyu atau Sado) di rumah seorang teman. Saya membayangkan suasana ngobrol penuh akrab sambil menikmati kue dan teh Jepang (ocha) yang beraroma khas. Ternyata bayangan itu tidak tepat:-? Meskipun acaranya diusahakan berkesan santai tetapi chanoyu sensei berusaha mengajak kami untuk menikmati upacara itu seperti chanoyu resmi.

Upacara dimulai dengan suara ketukan gayung bambu. Dengan gayung tersebut air dalam bejana yang dipanaskan di atas tungku, dituang ke dalam chawan keramik yang telah diisi bubuk teh. Cara menuang pun diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan bunyi aliran air yang indah. Lalu campuran air dan bubuk teh diaduk hingga merata, selanjutnya siap untuk dinikmati.

Saat menerima chawan yang berisi teh, kita tidak perlu mengucapkan kata terima kasih. Cukup dengan isyarat mata dan menunduk saat menerima chawan. Saat itu dijelaskan pula bahwa saat mengikuti chanoyu para tamu dianjurkan untuk tidak mengeluarkan suara. Begitupun saat ingin tambah, cukup dengan dengan isyarat mata ;;) dan mengangkat chawan, maka sensei akan mengerti. Dan saat mendengarkan suara aliran air dalam keheningan membuat perasaan saya menjadi rileks. Mungkin itu sebabnya dianjurkan untuk tidak bersuara.

Tetapi bukan hanya isyarat mata yang dinanti oleh chanoyu sensei. Minum teh tegukan terakhir hingga bersuara juga dinantikan karena mengisyaratkan kelezatan atas teh racikannya<:-P Padahal minum hingga menimbulkan suara, di masyarakat kita dinilai kurang sopan ;)) Suatu pemahaman yang saling bertolak belakang.

Namun begitu, saya appreciate atas usaha orang Jepang dalam melestarikan kebudayaan leluhurnya di tengah gegap gempita arus modernisasi<):)

4 comments:

yeni said...

wah kalo sering ikut acara chanoyu itu, bisa2 mata kita pegal..karena sering kedip2an sama tuan rumah...hehehe

Vina said...

Bener ya Shin, salut deh sama org2 Asia Timur yang bangga & selalu berusaha mewariskan tradisi.. Ga kaya kita yang malah bangga dengan budaya adopsi.. :(

putri said...

Tegukan terakhir tuh harus kedengaran gluk.. keras gitu? hihi.. gimana sih? Baru membayangkannya kok dah geli duluan? hihi..

Anonymous said...

Wah aku juga pernah tuh ampir ikutan ceremony minum teh ala jepang di bukittinggi malaysia, tapi berhubung kudu pake kimono dulu ga jadi deh, abis bawa Aura ntar kelamaan nunggunya...AC