Friday, January 19, 2007

Kendala Bahasa (part 2)

Terima kasih buat yang sudah koar-koar meminta saya untuk update cerita. Terima kasih juga buat yang sudah rajin mampir ke blog ini, walaupun waktu mampir menelan kecewa karena belum menemukan cerita baru. Semoga teman-teman masih bersedia menyapa saya.


Posting-an kali ini masih berkaitan dengan kendala bahasa. Seperti kata mama Dilla, kendala no 1 kalau tinggal di negeri orang itu adalah bahasa.

Waktu di Indonesia, saya tidak mempermasalahkan tempat-tempat umum yang tidak dilengkapi petunjuk dalam bahasa inggris atau bahasa asing lainnya. Mungkin karena masih di negeri sendiri sehingga hal itu tidak dianggap sebagai masalah yang penting. Saat itu tidak terpikirkan oleh saya, apa pentingnya petunjuk yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Begitu juga waktu saya tinggal di Jogjakarta yang berhati nyaman, saya belum juga menyadari arti pentingnya. Padahal di kota gudeg itu selalu dijumpai orang asing yang lalu lalang, terutama di jalan Malioboro. Tak pernah terpikirkan oleh saya, bagaimana bila orang asing itu tersasar? Mengertikah mereka dengan petunjuk-petunjuk di tempat umum bila yang tertera hanyalah penjelasan dalam bahasa persatuan bahasa Indonesia? Hal-hal itu sama sekali tak pernah melintas di pikiran saya.

Masa-masa awal tinggal di Tsukuba saya juga tidak mengerti petunjuk -petunjuk yang berbahasa Jepang. Kalo kebetulan berada dekat dengan information center, kemungkinan besar bakalan dapat penjelasan berbahasa inggris. Nah.... masalahnya tidak setiap tempat umum ada petugas informasi yang bisa cas cis cus berbahasa inggris. Sedangkan saya sendiri juga belum bisa cas cis cus berbahasa Jepang. Petunjuk-petunjuk yang dipasang di pinggir jalan pun, sebagian besar ditulis dengan huruf kanji. Padahal pelajaran bahasa Jepang yang saya dapat baru huruf hiragana dan katakana. Bagaimana mau mengerti, huruf-hurufnya saja tidak bisa dibaca. Repot kan?!

Setelah menjadi orang asing di negeri orang, barulah terasa pentingnya petunjuk yang diterjemahkan (paling tidak) dalam bahasa inggris.

3 comments:

Anisa said...

Wah jadi komentator pertama nih...
iya ya..baru terfikir akan hal itu mbak shinta..tapi di Surabaya sudah banyak lho...petunjuk2/rambu2 yang pake bahasa Inggris...
terlepas mereka tau/tidak hehheee..
Sampe sini bener2 buta huruf nih....
katakana aja kadang2 masih suka keseleo...

Vina said...

Setujuuuu!! Disini & Singapore mgkn contoh yg bgs buat itu, [hampir] tiap tempat umum, seperti stasiun, mall & objek wisata petunjuknya hadir dlm 3 bahasa: Melayu, Inggris & Chinese. Kadang2 di bbrp tmpt ada petunjuk dlm bahasa Tamil [India]. Jd yg ga ngerti Inggris, bs liat bhs laen. Kl ga ngerti jg.. Yaah, byk2 dzikir aja deh biar ga nyasar.. Hihihi!!

Bunda Faikar said...

iya betul banget....apalagi didaerah yang notabene orang asingnya sedikit, dijamin bakal tidak ada petunjuk dalam bhs inggris.Tapi kalau di stasiun semua sudah diterjemahkan dlm bhs inggris kan?