Sunday, November 05, 2006

Mengapa Perlu Berdo'a?

Seorang teman (orang Jepang) baru saja pulang penelitian dari Indonesia. Dengan antusias dia menceritakan pengalamannya selama sebulan di Indonesia. Termasuk pula cerita tentang para responden yang telah dia wawancarai untuk data penelitiannya. Dari sekian banyak cerita, ada satu hal yang belum dimengerti dan belum bisa diterima logikanya. Mengapa banyak orang yang berkata, berdoa memohon petunjuk agar pekerjaan mudah dan lancar? Kalimat itu sering dia dengar selama berhubungan dengan responden penelitiannya. Dan dia agak merasa aneh ketika mendengar kalimat seperti itu.

Orang Jepang sudah terbiasa bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Mereka tidak mempunyai kebiasaan berdo’a sebelum dan sesudah bekerja. Yang selalu ditekankan dalam kehidupan mereka adalah ganbarimasu, ganbare atau ganbatte kudasai (berusaha melakukan yang terbaik). Ungkapan itu yang selalu diucapkan ketika mereka bekerja atau pada saat menghadapi suatu hal yang sulit.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka juga tidak memasukkan ritual berdoa. Seperti saat bangun tidur, hendak makan, hendak keluar rumah, hendak belajar ataupun saat melakukan berbagai macam pekerjaan lainnya. Unsur religius hampir tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Tidak pernah saya mendengar, mereka menyarankan berdoa supaya selamat serta pekerjaan menjadi mudah dan lancar. Semboyan berusaha dan berdo’a, tidak berlaku bagi mereka. Mungkin itulah yang menyebabkan teman saya tersebut belum mengerti hubungan berdoa dengan kemudahan dan kelancaran pekerjaan.

Bila mereka menemui kesulitan dalam kehidupannya ataupun mendapatkan kegagalan dalam suatu pekerjaan, mereka tidak mempunyai tempat yang pantas untuk mengadu. Mereka tidak menyadari bahwa ada Allah, kekuatan ghaib yang bisa menghilangkan segala kesulitan.

Berbeda dengan orang yang selalu menggantungkan hidupnya pada pertolongan Allah, tentunya tidak merasa aneh bila harus selalu berdo’a setiap sebelum memulai pekerjaan. Dalam keadaan apapun, kita selalu mengharapkan pertolongan dan ridho Allah. Baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam keadaan senang maupun sedih, dalam keadaan mudah maupun sulit. Dan itu terwujud dari setiap do’a yang kita ucapkan. Mulai dari bangun tidur sampai kemudian tidur kembali, tak terhitung berapa banyaknya do’a yang telah kita panjatkan. Baik itu yang terucap di mulut ataupun yang hanya terucap di dalam hati.

Kepada siapa lagi kita mengadu saat dilanda kegelisahan ataupun kesulitan? Siapa lagi yang pantas dijadikan tempat memohon dan meminta pertolongan? Siapa lagi yang berhak menjadi tempat tautan hati di kala senang maupun sedih? Jawabannya tidak lain hanyalah Allah.

“.... Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu ....” (QS. Al-Mu’min : 60).

Do’a adalah sarana yang paling tepat bagi seorang makhluk untuk berhubungan langsung dengan Sang Khalik, Allah SWT. Berdo’a merupakan bukti kelemahan kita sebagai makhluk. Walaupun kita (manusia) telah diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lainnya namun sejak saat lahir, kelemahan dan keterbatasan juga menyertai kita. Tanpa pertolongan sang pencipta, kita sama sekali tak berdaya. Kita sangat membutuhkan pertolongan Allah. Kita sangat bergantung dan tergantung kepada Allah.

Sesuai hadist Rasulullah : “Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa jika semua manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu kecuali yang telah Allah tetapkan untukmu.”

Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berdo’a mengharap pertolongan-Nya. Hanya Dia yang dapat memberikan jalan keluar atas segala kesulitan dan Dia pula yang dapat merealisasikan segala impian serta memilihkan yang terbaik bagi kita. Allah Maha Kuasa, Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.


Publikasi di kota santri.com

1 comment:

Anisa said...

Satu lagi, terimakasih ya mbak shinta atas banyak tausiyahnya. Btw masih berapa tahun lagi nih tinggal di Tsukuba ? mbak Shinta lanjutin kuliahnya saja sekalian atau skrg dah lanjut ?