Showing posts with label vacation. Show all posts
Showing posts with label vacation. Show all posts

Friday, October 19, 2007

Cerita Lebaran (part 1)

Tahun lalu, kita bersama teman-teman sholat Eid di SRIT trus dilanjutkan ke KBRI menghadiri open house dan ramah-tamah dengan pak Dubes. Tahun ini, kita ga ke SRIT walaupun teman-teman tetap ada yang pergi karena lebarannya bertepatan dengan hari libur. Dapat bocoran info kalo hari libur SRIT penuh banget, bahkan sholat Eid-nya sampe 2 kloter. Setelah memperhatikan dan menimbang, daripada nanti luntang-lantung ga karuan trus sholat Eid jadi ga jelas akhirnya diputuskan sholat Eid di Tsukuba aja.

Hari Minggu-nya kita jalan. Niatnya mau Tour D' Masjid yang ada di Tokyo, mau ngunjungi masjid Tokyo Jami' dan Japan Islamic Center. Ndilalah.... cuaca mendung dan semakin sore semakin dingin. Ga kuat dinginnya euy.... Jadinya cuma ngunjungi masjid Tokyo Jami' aja. Masjid ini juga sering disebut masjid Turki karena diorganisir oleh asosiasi muslim Turki di Tokyo. Selain itu juga dikenal dengan masjid Yoyogi karena letaknya di daerah Yoyogi (Tokyo). Akses-nya juga gampang karena letaknya tidak terlalu jauh dari stasiun kereta (subway) Yoyogi Uehara. Alhamdulillah sempat sholat dan jeprat-jepret di sekitar masjid tersebut. Selama hampir 4 tahun tinggal di negeri sakura akhirnya bisa juga mengunjungi masjid yang bangunannya seperti masjid-masjid umumnya. Kalo masjid di Tsukuba hampir ga ada beda seperti bangunan rumah orang Jepang aja.

Dua hasil jepretan diatas adalah bangunan masjid dilihat dari luar (jalan), selebihnya dekorasi kubah di bagian dalam dan dinding luar masjid yang menghadap parkiran (di dinding tersebut ada kaligrafi ayat kursi).

Thursday, May 03, 2007

Golden Week? Dah Lewat Tuh!

Minggu ini waktunya liburan golden week di Jepang. Sebagian besar orang yang tinggal di Jepang (Jepang asli atau tinggal sementara) memanfaatkan liburan ini untuk melancong.

Kalau saya, masa liburan golden week untuk melancong udah lewat:P Soalnya 3 minggu kemarin hampir tiada hari tanpa melancong bersama sang tamu. Ga cuma melancong tapi juga sekalian wisata kuliner nyobain makanan Jepang (tentunya yang "aman" dimakan). Jadi sekarang aji mumpung nih. Mumpung liburan, waktunya untuk puas-puasin jalan-jalan istirahat. Bisa browsing baca-baca artikel yang belum sempat terbaca. Bisa maen (baca : silaturahmi) ke tetangga. Bisa ngerapiin box pakaian soalnya dress code dah berubah nih#:-S Pakaian yang ga diperlukan harus dimuseumkan dulu. Trus, bisa nyobain resep di dapur mungil. Pokoknya bisa ngelakuin aktivitas yang kemarin-kemarin ini sempat diabaikan. Waktu seminggu ini, diupayakan bermanfaat semaksimal mungkin.

Berikut ini sebagian tempat menarik yang sempat kami kunjungi.

Bunga tulip lengkap sama kincir anginnya, di
Kasumigaura General Park (Tsuchiura). Kalau diberi istilah "Holland van Jepun" cocok kali ya?!;;)

Tempat lainnya Kamakura. Ada kemiripan antara Kamakura dan Kyoto, sama-sama banyak
temple dan shrine juga kota bersejarah.

Di Kamakura
ada jalan yang antara lajur kiri dan kanan dipisahkan oleh jajaran pohon sakura. Diantara pohon sakura itu juga ada jalan khusus untuk pejalan kaki. Namanya Dankazura. Uniknya, semakin mendekati shrine... (lupa namanya) lebarnya semakin sempit. Yang jelas, jalan ini pasti cantik banget kalau dikunjungi sewaktu sakura berbunga.

Selain itu ada juga yang namanya Komachi Shopping Town. Banyak penjual makanan yang menyediakan sample, jadi bisa nyicip gatis=P~ Tempat ini hampir mirip jalan Malioboro, Jogja tapi lebih crowded. Jadi ingat jaman di Jogja deh jadinya;)

Tuesday, September 19, 2006

Aoki's Country Villa in Nasu

Bila berjalan-jalan ke Tochigi prefecture bagian utara, ada salah satu tempat menarik yang sayang bila dilewatkan. Tempat itu adalah vila musim panas milik Shuzo Aoki yang terletak di desa Nasu. Selain vila, disekitarnya juga terdapat perkebunan sayur serta peternakan sapi yang juga dimiliki oleh Aoki. Penduduk setempat biasa menyebutnya ‘Aoki Tei’.

Shuzo Aoki (1844-1914) adalah salah satu diplomat terkenal pada masa pemerintahan kaisar Meiji. Selama karir diplomatnya, dia pernah menjabat sebagai duta besar Jepang untuk Jerman, setelah itu sebagai menteri luar negri. Nama aslinya adalah Genmei Miura. Namun sejak diadopsi oleh keluarga Aoki, namanya menjadi Shuzo Aoki.

Di akhir usia 20 tahun, Aoki melanjutkan sekolahnya ke Berlin, Jerman. Di Berlin pula ia bertemu dengan seorang putri bangsawan, Elizabeth von Rade. Mereka menikah di Bremen pada tanggal 20 April 1877. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Hana.

Aoki tei didirikan sebagai tempat peristirahatan musim panas pada tahun 1888. Sebuah vila dengan gaya arsitektur Jerman yang didisain oleh Tsumunaga Matsugasaki. Meskipun strukturnya seperti bangunan di Eropa, namun materialnya terdiri dari kayu-kayu. Mungkin ini disesuaikan dengan kondisi geologi Jepang yang sering dilanda gempa.

Aoki bersama istri dan anaknya sering menghabiskan masa liburannya di vila (Aoki tei) itu. Memasuki gerbang utama, di sebelah kiri dan kanan jalan masuk, berjejer pohon-pohon yang menjulang tinggi. Semakin mendekati tangga beranda, terhampar halaman rumput yang luas. Tidak terlalu banyak bangunan yang ada di sekitar tempat itu. Namun Aoki tei tampak sangat menyolok karena bangunannya yang luas, bertingkat dan gaya arsitekturnya yang berbeda dengan bangunan di Jepang pada umumnya.

Di dalam bangunan vila, selain foto-foto juga dipamerkan barang-barang koleksi pribadi. Mulai dari pakaian resmi kebesaran, furniture sampai kereta kuda kuno seperti yang biasa dinaiki para bangsawan Eropa jaman dulu.

Unik sekali. Berada di dalam Aoki tei, solah-olah waktu berputar ke masa lalu. Suasananya seperti film-film yang ber-setting tentang kehidupan di Eropa sebelum abad 20. Sayang sekali waktu berkunjung ke sana tidak membawa kamera sehingga tidak dapat mengabadikan barang-barang antik yang ada disana.

Friday, September 08, 2006

Traditional Market

Kalo keluar dari gerbang stasiun Tennocho (karena stasiun kecil jadi gerbang keluar masuknya cuma satu), trus belok ke kiri dan jalan terus sampe mentog (ejaannya benar ga ya??) ntar bakalan ketemu pasar tradisional. Kalo jalannya sendirian trus sedang terburu-buru, pasti rasanya jauh banget jarak dari stasiun Tennocho ke pasar itu. Tapi kalo jalannya santai trus ada yang nemenin, jadi bisa sambil ngobrol tambah ketawa-ketiwi (kalo ada yang lucu), ga terasa jauh. *smile* Kira-kira 7 menit jalan kaki buat japanese (tua/muda jalannya sama aja) yang kuat dan sehat. Kalo buat saya, jadinya kira-kira 10 menitan. Tapi itu belum termasuk stop di lampu merah lho.... Kalo sama lampu merahnya, ntar dihitung waktu tempuhnya kalo pas ke sana lagi. *smile* Soalnya kalo ga salah ada 3 lampu merah.

Matsubara, nama pasar itu. Sebuah pasar tradisional yang sekilas mirip pasar Kranggan di jalan Diponegoro Yogya. Waktu masih di Yogya, saya cukup sering masuk pasar itu kalo pas hari libur. Kadang-kadang memang buat belanja, kadang cuma mau cari jajanan. Soalnya harga di Kranggan murah meriah, pas buat kantong anak kost.


Di Matsubara, harga-harga juga murah meriah. Jauh lebih murah daripada harga barang yang dijual di supa (baca : supermarket). Kalo untuk sayur dan buah-buahan, penjual sudah lebih dulu membungkus barangnya dengan plastik. Kita tinggal pilih, mau beli yang isinya banyak atau sedikit. Ikan dan sea food lainnya, masih ditaruh di besek tanpa tutup. Kalo memang kita jadi beli, baru ikannya dibungkus. Kalo daging-daging, waktu itu ga sempat merhatiin. Soalnya ga tertarik beli daging di pasar itu.

Belanja di Matsubara, langsung membayar sama penjualnya. Ga ada mesin kasir. Semua dihitung secara manual. Di bagian penjual ikan, lantainya juga becek. Benar-benar pasar tradisional kan?! Selama tinggal di negara kaisar Akihito ini, baru 2 pasar tradisional yang pernah saya masuki. Pertama, pasar Ameyoko di Ueno (Tokyo) lalu Matsubara.

Sayang, pasar begitu (maksudnya lengkap dan harga murah) belum saya temukan di Tsukuba.

Wednesday, September 06, 2006

How to Get to Tennocho Station?

Di tengah kebingungan memilih kereta Sotetsu line di stasiun Yokohama, tiba-tiba seorang japanese menyapa saya dan suami.
"Do you have any problems?"
"Ouw yes, we're going to Tennocho station. Which train should we choose to get there?"

"Hmm.... This train won't stop at that station, bcoz of rapid train." Ujarnya menunjuk kereta yang sedang parkir di depan kami.
"You should take the local one, over there!" Dia menunjukkan kereta yang dimaksud. Tetapi kami tetap masih bingung karena disana ada dua kereta yang sedang parkir. Rupanya dia bisa membaca kebingungan di wajah kami.
"Ok, I`ll show you. Follow me!"

Dia mengantarkan kami sampai di depan kereta yang dimaksud.
Setelah kami mengucapkan terima kasih, dia pun segera berlalu karena kereta yang hendak dia naiki akan segera berangkat.

Tidak banyak orang jepang yang mau menyapa orang asing yang baru dikenal. Biasanya mereka akan membantu bila kita yang lebih dulu meminta bantuan. Berbeda dengan orang itu. Entah siapa namanya, kami tidak sempat berkenalan. Di saat kami sedang kebingungan, dia datang menghampiri. Mungkin dia sudah lama memperhatikan kami sewaktu membolak-balik panduan rute kereta. Dia tidak hanya sekedar memberitahu kereta yang seharusnya kami pilih melainkan juga mengantarkan kami sampai di depan kereta yang dimaksud. Dia juga lancar berbahasa inggris sehingga kami menjadi lebih mengerti. Sungguh sangat berarti kebaikannya bagi kami.

Bayangkan bila kebingungan seperti kami itu terjadi di stasiun-stasiun di tanah air. Saya pasti sudah merasa curiga bila didekati orang yang tak dikenal. Selain itu juga berhati-hati dengan barang yang saya bawa dan berusaha selalu waspada terhadap segala bentuk gerak-gerik yang mencurigakan. Betapa susahnya mendapatkan keamanan di tempat umum meski di kampung halaman sendiri.

Tuesday, July 11, 2006

Mudik H -1

Tidak terasa sudah H -1 menjelang mudik. Otomatis, sisa waktu untuk melengkapi segala keperluan mudik tinggal hari ini. Tiket pesawat, paspor plus re-entry permit sudah OK. Tiket bis menuju bandara Int`l Narita juga sudah OK. Pakaian serta perlengkapan pribadi dan juga sedikit omiyage juga sudah ditempatkan dalam satu suitcase. Tak lupa bahan bacaan untuk mengusir rasa bosan selama 7 jam perjalanan dari Narita ke Ngurah Rai, Denpasar juga sudah disiapkan. Semoga bahan bacaan itu masih tersisa untuk menemani perjalanan berikutnya menuju Jakarta. Rasanya perlengkapan sudah cukup, mudah-mudahan tidak ada barang penting yang tertinggal.

Dijadwalkan pukul 6.20 bis akan bertolak menuju bandara. Semoga diri bisa sampai di terminal sebelum jadwal tersebut. Kemungkinan rasa ngantuk akan menyerang selama perjalanan ke bandara karena diri harus bersiap-siap sejak dini hari. Sesampai di bandara akan banyak prosedur yang harus dijalani sehingga dirasa tepat bila menggunakan waktu 2 jam perjalanan menuju bandara untuk memejamkan mata sejenak.

Bagi diri, ini adalah mudik pertama sejak menetap di negeri sakura. 2 tahun tidak melihat wajah negeri tercinta, akankah ditemui banyak hal yang berubah? Selama ini hanya mendengar berita negeri dari media online. Berharap wajah negeri mengalami kemajuan yang berarti.


****
"Bismillahi Tawakkaltu Alallahi Wa Laa Hawla Wa La Quwata Illaa Bilaah."
In the name of Allah, I have placed my trust in Allah, there is no might and no power except by Allah.
-(Do`a hendak keluar rumah)-

Wednesday, June 21, 2006

When I`d Taken a Trip by Bus

Ingin keliling Tsukuba dengan ongkos murah meriah?? "Tsuku Bus" bisa dijadikan alternatif kendaraan. Rute trayek-nya pun bervariasi, tinggal menyesuaikan kemana tujuan kita. Meskipun murah meriah, tapi jarak halte yang terlalu berjauhan serta interval jadwal keberangkatan yang jarang menjadi kelemahan bus ini (menurut saya). Dengan Tsuku Bus, kalau perjalanan dari terminal ke tempat A perlu waktu 15 menit, untuk balik ke terminal lagi butuh waktu 1 jam karena harus keliling-keliling dulu. Jadi menghabiskan waktu lama di perjalanan. Bagi yang tidak kuat dalam perjalanan dengan bus, selama perjalanan akan terasa tidak nyaman. Karena berbagai efek mabuk perjalanan seperti pusing, masuk angin dan rasa mual. Sehingga niat awal ingin lebih mengenal daerah-daerah di Tsukuba berubah menjadi keinginan secepatnya pulang ke rumah dan istirahat. Tapi bagi yang hobi keliling kota, silahkan saja. Soalnya murah meriah..... *big smile*

Note : ini pengalaman Shinta. Kalau buat Luki, sepertinya naik bus keliling kota OK-OK aja tuh...