Thursday, January 11, 2007

Tentang Karir

Beberapa teman di sini terheran-heran ketika mengetahui usia saya. Mada wakai demo kekkon shiteiru:-O, menurut mereka. Kalau wanita Jepang, seusia saya ini sedang semangat-semangatnya bekerja di luar rumah. Masih jauh dari pikiran menikah.

Mengambil keputusan nikah di usia muda, dulu merupakan hal yang biasa bagi wanita Jepang. Setelah menikah, seluruh waktu hanya tercurah untuk keluarga dan urusan rumah tangga。Hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan di luar rumah, otomatis dihentikan. Apalagi, orang Jepang tidak biasa memakai jasa pembantu rumah tangga sehingga siapa lagi yang mengerjakan pekerjaan di rumah selain istri. Biasanya para istri kembali aktif di luar rumah setelah anak-anaknya bisa mandiri.

Lain dulu, lain pula sekarang. Ada perubahan pada pola pikir wanita Jepang*-:)Jaman sekarang, sebagian mereka lebih memilih berkarir di luar rumah atau kerja kantoran. Tak jarang, mereka mengesampingkan keinginan menikah karena mengejar karir. Mereka memuaskan diri dulu dengan kerja kantoran baru kemudian menikah. Jadi jangan heran bila wanita Jepang sekarang banyak yang menikah di atas usia 35 tahun. Saat usia sang ibu sudah kepala empat, anaknya masih kecil-kecil.

Bagi mereka, berkarir tidak bisa seiring sejalan dengan berkeluarga. Saat memutuskan untuk membina rumah tangga maka saat itu pula mereka harus melepas karir di tempat mereka bekerja.

Dulu saya juga berpikir bahwa yang namanya berkarir (bagi wanita) harus di luar rumah. Sekarang berbeda. Yang namanya karir tidak lagi harus di luar rumah. Rumahku kantorku dan karirku adalah keluargaku. Berkarir dari rumah juga bisa:D/

Berkarir sebagai ibu rumah tangga (IRT) bukanlah hal yang gampang:-
Teh Aishliz bilang, IRT adalah sebuah profesi yang sangat perlu didukung oleh keahlian, pengetahuan dan keterampilan seperti pekerjaan di kantor. Atau seperti dikatakan mba Putri, “menjadi ibu rumah tangga yang berbasis bisnis.”$-) Dengan ilmu yang memadai dan kerja keras, rasanya hal itu bukanlah suatu yang mustahil untuk dijalankan.

Tinggal pilih, mau berkarir dari dalam atau dari luar rumah?;)


Inspired by Dito chan.
*Mada wakai demo kekkon shiteiru : Masih muda tapi sudah menikah.

5 comments:

Anisa said...

Karier suatu pilihan bagi mereka yang sudah pernah bekerja lalu berumah tangga, lebih2 kalau sudah punya anak.Namun lebih indah kalau kita berkarier di rumah selain jadi IRT.
Betul mbak...?

Vina said...

Bnr bgt Shin, karir & rmh tangga ga bisa sejalan. Semua itu pilihan, setuju sm Mbak Anisa, tapi alangkah bijaknya kl kita memilih yg terbaik, bukan hanya utk kita tp juga utk keluarga. Ibuku pernah bilang, "Perempuan, in many ways, memang didesain untuk lebih banyak berkorban daripada lelaki. Suka atau ga, kita ga bisa melawan kodrat.." Well, I think she's quite right, don't you think? :)

Alex Ramses said...

Yup, silakan pilih berkarir di dalam apa di luar rumah yang penting bisa menikmatinya. Emang shinta umur berapa mulai jadi wanita karir rumahan? iya tuh, kalau aku komentarnya mirip; mada kawai dane, aishiteru hihihihi,,,,

Untung anda ngasih tau dimana saya koment cultual shock itu jadi keahuan sekarang, dan itu juga karena mamah Ani ingetin soal koment ituh.

Itu di SB shinta kok ada orang koment ttg tulisan ini ya,, loh tulisannya di sini kok koment di shout box, maksudnya?

Thanx dah mampir ke blog saya dan kasih petunjuk heheh, Salam Kenal.

Sita, Bunda-nya Calya said...

Aku kurang setuju dengan pendapat bahwa wanita karir (baca: wanita bekerja di luar rumah)selalu merupakan pilihan. Dalam beberapa kasus hal itu bisa jadi malah keharusan. Bagaimana dengan wanita2 yang terpaksa jadi single parent, entah apa penyebabnya, apakah cerai hidup (na'udzubillah), cerai mati, atau sebab2 lain. Mereka ini terpaksa harus bisa mensejajarkan antara urusan karir (baca: mencari nafkah untuk dirinya dan anak2) dan rumah tangga. Kita tidak bisa menutup mata bahwa banyak wanita2 seperti ini di sekitar kita. Pun dengan wanita yang harus bekerja di luar rumah karena (mungkin) penghasilan suami kurang mencukupi (tapi cukup pa engga sebenarnya relatif ya). Brsyukurlah bagi wanita2 seperti saya, tante Shinta, Teh Vina, mbak Anisa, yang masih bisa memilih antara karir di luar rumah atau menjadi ibu RT. Bagaimana dengan mereka yang tidak ada pilihan lain?

Ps: sebenarnya komentar ini malah lebih banyak ditujukan untuk ngomentari komentarnya teh Vina yang bilang bahwa karir dan RT ga bisa sejalan. Maaf kepanjangan ya tante Shinta...

Anonymous said...

iya setuju deh sama Sita. kadang sebagian ibu harus bekerja di luar rumah krn terpaksa. dan ga selalu yg bekerja di luar rumah itu krn ngejar karir. bisa juga ngejar duit, terpaksa atau nggak.

kalo buat aku, bekerja di luar rumah masih jadi berupa opsi, pilihan. dan aku masih memilih itu :). kenapa? pengen punya ruang sendiri di luar rumah. aneh kali ya? :)