Bis terus melaju, melewati halte demi halte dan satu persatu penumpang mulai turun. Di halte depan Hirasuna dormitory, penumpang yang turun banyak banget. Saat bis mulai bergerak lagi, penumpang yang tersisa tinggal saya dan satu penumpang lainnya. Yah, tinggal dua orang. Bis masih terus melaju namun jumlah penumpang tak berubah. Sunyi. Tak ada suara bel yang menandakan ada penumpang yang mau turun. Dan tentunya juga tanpa pengamen. Jadi kangen juga nih, naik bis yang ada pengamennya.
Sepertinya, Mr. Driver menyetir sambil melamun. Soalnya dia juga ga memencet bel tanda berubahnya halte. Biasanya setelah melewati halte yang satu, sopir akan memencet bel yang menyuarakan nama halte berikutnya.
Tiba-tiba ... Lho... lho...lho, kok bis belok kanan di pertigaan arah Ichinoya dan Daigaku Chuo? Seharusnya kan lurus aja. Penumpang yang satu, langsung mengangkat tangan dan bertanya "Ga lewat Ichinoya ya??" Wah kalah start nih, soalnya saya juga berkata begitu tapi masih di dalam hati. Belum terucapkan. Mr. Driver pun meminta maaf, dan segera berbalik arah kemudian berbelok menuju Ichinoya. Kayaknya tadi itu memang melamun sampe lupa rute bis yang sedang dikemudikannya. Manusiawi. Hanya Dia yang tak pernah lupa.
Kembali ke
Di Bogor juga hampir sama seperti di Jogya. Perbedaannya, di Bogor angkot lebih dominan dibanding bis. Pernah ada kejadian, saya dan suami naik angkot jurusan Sukasari (kalo ga salah angkot no 9) dari Warung Jambu. Waktu itu tujuan kita mau ke toko buku Gra***** (yang satu gedung sama H*ro Baranang Siang). Dari Warung Jambu, penumpangnya lumayan banyak tapi di depan terminal Baranang Siang banyak juga yang turun. Karena melihat penumpangnya berkurang banyak, supir angkot itu tiba-tiba bilang kalo dia mau langsung belok ke arah belakang terminal (jalan Riau) ga jadi ke Sukarasari. Ya udah, terpaksa kita (dan semua penumpang yang tersisa tadi) turun di depan terminal dan ga perlu bayar ongkos. Karena toko buku itu ga terlalu jauh dari terminal, jadinya kita jalan kaki aja. Lumayan.... naik angkot gratis. Jatah ongkos angkot bisa buat beli teh botol....
4 comments:
Pernah jg ngalamin bus gratis dijakarta ma kakakku n temen. Pas dilampu merah kita diturunin gara2 si sopir mo pulang, untungnya tinggal 5 meter lagi nyampe....lumayan buat kantong mhsiswa...hihi..
hahaha.. iya inget aja kalau angkot di Bandung, penumpang tinggal 1-2 orang bisa2 dipindah atau diturunin di pinggir jalan, trus muter lagi :D
Kalau ditanah air, kadang2 kita sebagai penumpang tidak punya hak, padahal kita sudah membayar ongkos.
Di Jakarta, kadang2 kalau sopir mau berbelok sebelum tujuan akhir, penumpang pun dipindahkan (istilahnya : di-oper-kan) ke bis lain, padahal penumpang yang dipindahkan jumlahnya masih banyak.
wahh baru tau ada supir di jepun yang salah rute hihii
sopir bis juga manusia ya nggak...
soal di oper angkot ato biskota mah udah biasa dehh saya...
kl dah bayar ongkos ntar dikembalikan lagi ...
tapi itu kan sama aja tidak menghargai penumpang ya nggak? tapi sebagai org indonesia kita terlalu sabar, jadi tidak masalah kl dipindah hihhii
Post a Comment