Tidak terasa sudah H -1 menjelang mudik. Otomatis, sisa waktu untuk melengkapi segala keperluan mudik tinggal hari ini. Tiket pesawat, paspor plus re-entry permit sudah OK. Tiket bis menuju bandara Int`l Narita juga sudah OK. Pakaian serta perlengkapan pribadi dan juga sedikit omiyage juga sudah ditempatkan dalam satu suitcase. Tak lupa bahan bacaan untuk mengusir rasa bosan selama 7 jam perjalanan dari Narita ke Ngurah Rai, Denpasar juga sudah disiapkan. Semoga bahan bacaan itu masih tersisa untuk menemani perjalanan berikutnya menuju Jakarta. Rasanya perlengkapan sudah cukup, mudah-mudahan tidak ada barang penting yang tertinggal.
Dijadwalkan pukul 6.20 bis akan bertolak menuju bandara. Semoga diri bisa sampai di terminal sebelum jadwal tersebut. Kemungkinan rasa ngantuk akan menyerang selama perjalanan ke bandara karena diri harus bersiap-siap sejak dini hari. Sesampai di bandara akan banyak prosedur yang harus dijalani sehingga dirasa tepat bila menggunakan waktu 2 jam perjalanan menuju bandara untuk memejamkan mata sejenak.
Bagi diri, ini adalah mudik pertama sejak menetap di negeri sakura. 2 tahun tidak melihat wajah negeri tercinta, akankah ditemui banyak hal yang berubah? Selama ini hanya mendengar berita negeri dari media online. Berharap wajah negeri mengalami kemajuan yang berarti.
****
"Bismillahi Tawakkaltu Alallahi Wa Laa Hawla Wa La Quwata Illaa Bilaah."
In the name of Allah, I have placed my trust in Allah, there is no might and no power except by Allah.
-(Do`a hendak keluar rumah)-
Tuesday, July 11, 2006
Friday, July 07, 2006
Start to count down
Tuesday, July 04, 2006
Tanabata Matsuri
Mendekati tanggal 7 Juli, di tempat-tempat umum (hampir di seluruh wilayah Jepang) seperti mal, supermarket, stasiun dan tepi jalan akan ditemui pohon bambu yang dihiasi dengan kertas warna-warni. Ada apakah gerangan??? Tanabata Matsuri yang menjadi jawabannya. Tanabata matsuri atau festival bintang adalah salah satu tradisi Jepang yang berdasarkan pada legenda China.
****
Alkisah dewa langit mempunyai seorang putri cantik yang bernama Orihime (putri penenun) dan dikenal sebagai bintang Vega. Setiap hari Orihime selalu menenun pakaian yang indah untuk ayahnya. Sang dewa pun sangat menyukai pakaian yang dibuat putrinya itu.
Suatu hari dewa melihat Orihime tidak menenun dan tampak sedih. Ternyata Orihime merasa jenuh selalu menenun. Akhirnya sang dewa mencarikannya seorang pemuda sebagai teman. Pemuda itu adalah Kengyuu (bintang Altair), seorang penggembala sapi yang rajin.
Orihime merasa senang sekali dan mereka pun saling jatuh hati. Mereka selalu berusaha untuk bertemu, hingga melalaikan pekerjaannya. Dewa tidak lagi memiliki baju-baju yang bagus untuk dipakai. Dan Kengyuu juga menelantarkan sapi-sapi piaraannya. Dewa mengingatkan tentang pekerjaan mereka, namun mereka tidak mengindahkan peringatan itu.
Melihat keadaan ini, sang dewa menjadi sangat murka. Sebagai hukuman, dewa memaksa mereka tinggal pada masing-masing sisi Ama no gawa (The Milky Way) yang berlawanan agar mereka tidak dapat bertemu satu sama lain.
Dipisahkan dari pujaan hatinya membuat Orihime sedih dan selalu menangis setiap hari. Dewa pun merasa kasihan sehingga ia memberikan harapan. Bila Orihime dan Kengyuu tetap berkerja keras, dewa memperkenankan mereka bertemu satu sama lain sekali setahun. Pada malam ketujuh bulan tujuh (kalender lunar), mereka bisa menyebrangi ama no gawa untuk saling bertemu. Dan bila malam itu hujan, ama no gawa banjir, maka magpies (sejenis burung air) akan membentangkan sayapnya menjadi jembatan temporer bagi Orihime dan Kengyuu.
*****
Berdasarkan legenda tersebut, setiap tanggal 7 Juli orang –orang Jepang merayakannya dengan menggantungkan kertas (disebut tanzaku) berisi pengharapan pada pohon bambu yang diberi hiasan warna-warni. Pohon bambu itu disebut sasa. Tanggal 7 bulan 7 dipercaya sebagai hari keberuntungan. Perayaan tanabata terbesar tiap tahun diadakan di Sendai (Miyagi prefecture) dan untuk regional kanto diadakan di Hiratsuka (Kanagawa prefecture). Bila perayaan berakhir (biasanya sampai Obon matsuri/Festival arwah), sasa dihanyutkan ke sungai untuk menjauhkan mereka dari kesialan.
Mengapa memohon harap hanya pada satu waktu dengan menulis tanzaku dan menggantungnya pada sasa??? Padahal ada tempat yang lebih layak untuk memohon harap. Dia maha melihat dan maha mendengar. Selemah apapun suara hati, Dia pasti akan mengetahuinya. Dan Dia maha tahu apa yang terbaik bagi kita. Hanya padaNya kita memohon harap. (-dari berbagai sumber-)
Subscribe to:
Posts (Atom)