Tuesday, May 30, 2006
Yogya berduka
Sabtu (27/5/06) pagi kami dikejutkan dengan berita bahwa telah terjadi gempa di Yogyakarta. Yang terpikir olehku saat itu, secepatnya telpon Adek (yang sekarang sedang berada di Yogya). Beberapa kali aku coba menghubungi no HP Adek, namun hanya terdengar suara operator yang mengatakan bahwa nomor tersebut tidak bisa dihubungi. Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi telopon rumah ortu saja.
Alhamdulillah.... Adek selamat. Kabar itu kudapat dari orang di rumah yang berhasil kontak dengan Adek. Tak henti aku berucap syukur kepada Allah. Ternyata saat itu jalur telpon memang sedang terganggu akibat gempa. Waajar saja aku sulit untuk menghubunginya. Walaupun barang-barang di kamarnya jadi berantakan akibat gempa, namun yang terpenting Adek selamat.
Belakangan ini yang menjadi kekhawatiran adalah aktivitas gunung Merapi yang berada di bagian utara Yogya. Namun Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Saat perhatian tertuju pada bahaya Merapi, mudah saja bagiNya untuk mendatangkan bencana dari arah yang berlawanan. Yah, episentrum gempa itu berada di laut selatan pulau Jawa, yang tidak seberapa jauh dari Yogya. Daerah Yogya yang berdekatan dengan pantai bisa dipastikan menderita kerusakan paling parah dan menelan korban jiwa paling banyak.
Kejadian ini merupakan warning bagi kita semua. Peringatan atas segala tindakan yang telah dilakukan. Peringatan atas segala kerusakan yang telah dilakukan. Juga peringatan atas segala maksiat yang telah dilakukan.
Namun dibalik bencana ini pasti ada hikmah besar yang bisa kita petik. Seperti sabda Rasulullah :
"Janganlah kamu sekalian terlalu bersedih dan tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa seorang muslim terdapat penghapusan dosa bahkan dalam bencana kecil yang menimpanya atau karena sebuah duri yang menusuknya."
Friday, May 26, 2006
Lemon Muffin
Hhmm...... akhirnya aku bisa juga bikin lemon muffin berdasarkan resep yang ada di buku “Desserts Collection”. Keberhasilan ini jadi kepuasan tersendiri buatku. Maklum aja, soalnya jam terbangku dalam hal masak dan membuat kue belum banyak. Membuat kue yang aku lihat sendiri cara membuatnya aja, masih sering ga berhasil. Apalagi kalo cuma berdasarkan resep dari buku. Waa..... Tingkat keberhasilannya bakalan lebih rendah lagi. Tapi pas bikin kue ini ternyata berhasil. Yoku ganbatteita (kata si babe) :D
“Jangan cepat nyerah kalo hasilnya ga seperti yang diharapkan. Semakin sering dicoba, bakalan semakin pinter.” Begitu pesan bundaku tercinta, kalo aku ngeluhin kegagalanku dalam hal masak-memasak. Pesan itu bikin aku tetap semangat buat nyobain resep-resep baru. Yeah... learning by doing. Thanks mom! :)
Buat yang pengen coba bikin “Lemon Muffin”, silahkan simak resep di bawah ini.
Bahan A : 100 gr butter, 100 gr gula pasir, 2 butir telor, 200 gr tepung terigu, 10 gr baking powder, 100 cc susu cair.
Bahan B (lemon syrup) : 1 buah jeruk lemon, 100 gr gula pasir, 200 cc air.
Cara membuatnya :
1.Buat lemon syrup, jeruk diiris tipis kurang lebih 3 mm, campurkan dengan air dan gula. Lalu panaskan sampai volume air menjadi setengahnya (100 cc), ambil airnya dan sisihkan. Irisan lemon jangan dibuang, dipakai untuk hiasan permukaan muffin.
2. Kocok butter sampai menjadi cream, tambahkan gula dan kocok sampai putih.
3. Masukkan telor satu persatu, kocok lagi sampai mengembang.
4. Masukkan tepung yang sudah dicampur baking powder sedikit demi sedikit, selingi dengan menambahkan susu. Kocok hingga rata dengan kecepatan rendah.
5. Tambahkan lemon syrup, aduk lagi sampai rata.
6. Siapkan muffin cup. Lalu isi dengan adonan sampai ⅔ cup.
7. Panggang dengan suhu 180˚C, selama 20 menit. Lalu letakkan irisan lemon pada tiap permukaan muffin dan panggang lagi selama 5 menit dengan suhu yang sama.
Ada tips nih... sebaiknya telor, butter dan susu cair (kalo sebelumnya disimpan di lemari es), sebelum dikocok didiamkan sebentar biar suhunya sama dengan suhu kamar. Tujuannya buat apa ya??? Soalnya ga dijelasin tuh di buku :(
*yoku ganbatteita : sudah berusaha dengan baik
“Jangan cepat nyerah kalo hasilnya ga seperti yang diharapkan. Semakin sering dicoba, bakalan semakin pinter.” Begitu pesan bundaku tercinta, kalo aku ngeluhin kegagalanku dalam hal masak-memasak. Pesan itu bikin aku tetap semangat buat nyobain resep-resep baru. Yeah... learning by doing. Thanks mom! :)
Buat yang pengen coba bikin “Lemon Muffin”, silahkan simak resep di bawah ini.
Bahan A : 100 gr butter, 100 gr gula pasir, 2 butir telor, 200 gr tepung terigu, 10 gr baking powder, 100 cc susu cair.
Bahan B (lemon syrup) : 1 buah jeruk lemon, 100 gr gula pasir, 200 cc air.
Cara membuatnya :
1.Buat lemon syrup, jeruk diiris tipis kurang lebih 3 mm, campurkan dengan air dan gula. Lalu panaskan sampai volume air menjadi setengahnya (100 cc), ambil airnya dan sisihkan. Irisan lemon jangan dibuang, dipakai untuk hiasan permukaan muffin.
2. Kocok butter sampai menjadi cream, tambahkan gula dan kocok sampai putih.
3. Masukkan telor satu persatu, kocok lagi sampai mengembang.
4. Masukkan tepung yang sudah dicampur baking powder sedikit demi sedikit, selingi dengan menambahkan susu. Kocok hingga rata dengan kecepatan rendah.
5. Tambahkan lemon syrup, aduk lagi sampai rata.
6. Siapkan muffin cup. Lalu isi dengan adonan sampai ⅔ cup.
7. Panggang dengan suhu 180˚C, selama 20 menit. Lalu letakkan irisan lemon pada tiap permukaan muffin dan panggang lagi selama 5 menit dengan suhu yang sama.
Ada tips nih... sebaiknya telor, butter dan susu cair (kalo sebelumnya disimpan di lemari es), sebelum dikocok didiamkan sebentar biar suhunya sama dengan suhu kamar. Tujuannya buat apa ya??? Soalnya ga dijelasin tuh di buku :(
*yoku ganbatteita : sudah berusaha dengan baik
Thursday, May 25, 2006
Wapres dan PM Jepang
“PM Koizumi Tanya Kalla Tentang Kondisi Merapi”. Begitulah judul salah satu berita di media online pagi ini. Tak mau berlama-lama membiarkan pikiranku menebak isi berita, langsung saja judul itu ku-klik.
Wapres Jusuf Kalla memang berada di jepang sejak Rabu (24 Mei 2006) untuk melakukan pertemuan dengan PM Koizumi dan juga mengikuti serangkaian kegiatan Konferensi Int`l ke-12 The Future of Asia. Ternyata di sela-sela pertemuan dengan wapres,PM Koizumi menanyakan tentang kondisi gunung Merapi. Beberapa minggu terakhir ini, berita gunung Merapi yang sedang giat “beraktivitas” memang menghiasi berita-berita yang ada di media massa. Tidak hanya media dalam negri, tapi juga sampai ke mancanegara.
Kalau pertanyaan itu diajukan hanya sekedar untuk berbasi-basi dengan bapak wapres sebagai pelengkap pertanyaan “How are you?”, mungkin kesannya biasa saja. Tapi coba kita lihat dari sisi lain. Negara Jepang yang hampir setiap tahun mendapat bencana alam (gempa, tsunami, badai typhoon dll) selalu menyiapkan anggaran untuk penanggulangan korban bencana alam tersebut. Bahkan mereka selalu menolak bantuan dari negara lain bila terjadi bencana. Itulah bukti keseriusan pemerintah Jepang dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Rakyat Jepang juga mengalami kesengsaraan hidup sewaktu perang dunia kedua. Mungkin lebih parah dibanding Indonesia yang saat itu juga sedang berjuang untuk kemerdekaan. Namun mereka tidak berlarut-larut dalam kesusahan. Mereka langsung bangkit, memulai sendi-sendi kehidupannya dari nol. Sekarang kita bisa melihat hasilnya.
Mungkin itu contoh yang harusnya ditiru oleh pemerintah kita. Karena Indonesia juga merupakan negara yang rawan bencana alam. Kalau bencana seperti gempa, tsunami dan gunung meletus mungkin memang susah diprediksi kapan terjadinya.Tetapi bencana tahunan seperti banjir , sampai sekarangpun belum ada solusinya. Padahal banjir sudah sejak dulu terjadi, termasuk di ibukota Jakarta. Kalau hal ini dibiarkan, setiap tahun yang diurusi itu-itu saja, mungkin bangsa kita akan butuh waktu lebih lama lagi untuk maju.
"....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..... " (QS 13 :11).
Wapres Jusuf Kalla memang berada di jepang sejak Rabu (24 Mei 2006) untuk melakukan pertemuan dengan PM Koizumi dan juga mengikuti serangkaian kegiatan Konferensi Int`l ke-12 The Future of Asia. Ternyata di sela-sela pertemuan dengan wapres,PM Koizumi menanyakan tentang kondisi gunung Merapi. Beberapa minggu terakhir ini, berita gunung Merapi yang sedang giat “beraktivitas” memang menghiasi berita-berita yang ada di media massa. Tidak hanya media dalam negri, tapi juga sampai ke mancanegara.
Kalau pertanyaan itu diajukan hanya sekedar untuk berbasi-basi dengan bapak wapres sebagai pelengkap pertanyaan “How are you?”, mungkin kesannya biasa saja. Tapi coba kita lihat dari sisi lain. Negara Jepang yang hampir setiap tahun mendapat bencana alam (gempa, tsunami, badai typhoon dll) selalu menyiapkan anggaran untuk penanggulangan korban bencana alam tersebut. Bahkan mereka selalu menolak bantuan dari negara lain bila terjadi bencana. Itulah bukti keseriusan pemerintah Jepang dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Rakyat Jepang juga mengalami kesengsaraan hidup sewaktu perang dunia kedua. Mungkin lebih parah dibanding Indonesia yang saat itu juga sedang berjuang untuk kemerdekaan. Namun mereka tidak berlarut-larut dalam kesusahan. Mereka langsung bangkit, memulai sendi-sendi kehidupannya dari nol. Sekarang kita bisa melihat hasilnya.
Mungkin itu contoh yang harusnya ditiru oleh pemerintah kita. Karena Indonesia juga merupakan negara yang rawan bencana alam. Kalau bencana seperti gempa, tsunami dan gunung meletus mungkin memang susah diprediksi kapan terjadinya.Tetapi bencana tahunan seperti banjir , sampai sekarangpun belum ada solusinya. Padahal banjir sudah sejak dulu terjadi, termasuk di ibukota Jakarta. Kalau hal ini dibiarkan, setiap tahun yang diurusi itu-itu saja, mungkin bangsa kita akan butuh waktu lebih lama lagi untuk maju.
"....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..... " (QS 13 :11).
Sunday, May 21, 2006
TBIC Cup
Thomas & Uber Cup 2006 yang diselenggarakan di Jepang sudah berakhir, dan timThomas Indonesia kalah telak 0-3 oleh tim China di semi final. Waah.. tahun ini gagal lagi masuk final seperti 2 tahun yang lalu. Kalo tim Uber Indonesia kemana aja ya....??.
Karena semangat Thomas Cup masih ada, teman-teman berencana ngadain kejuaraan TBIC Cup (TsukuBa Int`l Center). Disebut TBIC Cup karena tempatnya minjam lapangan badminton indoor di TBIC termasuk peralatannya (net, raket dan shuttle cock). Lumayan bisa pinjam gratis, karena ada "orang dalam". Arigatou, buat "orang dalam" yang dah ngusahain tempat dan peralatannya.
Kejuaraan diadakan selama 1 hari dari pagi sampe sore, mulai dari babak penyisihan, semi final dan final. Berbeda dengan kejuaraan thomas & Uber Cup yang memerlukan waktu berhari-hari, TBIC Cup cukup satu hari saja. Karena sebelumnya sudah diadakan proses seleksi. Seleksi yang dimaksud adalah siapa saja yang bisa main badminton dan siapa saja yang bisa datang ke TBIC pada hari kejuaraan berlangsung. Memang siihh setelah diseleksi, ga banyak yang bisa ikutan tapi lumayanlaah....
Pemenang kejuaraan ini mendapatkan hadiah sebagai berikut :
- Tubuh tambah segar dan bugar
- Keringat banyak bercucuran
- Karena jarang olahraga, malamnya badan pegel-pegel semua.... :D
Kejuaraan ini ditutup dengan makan bersama (tapi bayar sendiri-sendiri) di kantin TBIC.
Tuesday, May 16, 2006
Tsukuba Int`l Fair 2006
Irashaimasee... Irashaimasee... Indonesia no ryouri ikaga desu ka?? (Silahkan datang.... Silahkan datang.... Ingin nyobain makanan Indonesia ga??, begitu kira-kira artinya).
Kalimat tersebut diteriakkan dengan semangat oleh teman-teman yang berada di sekitar stand makanan Indonesia. Seperti tahun lalu, tahun ini pelajar Indonesia kembali ikut berpartisipasi dalam event Tsukuba Int`l Fair yang berlangsung selama dua hari, 13-14 Mei 2006. Event ini adalah kegiatan tahunan yang diadakan oleh Tsukuba Cultural Foundation yang bertujuan untuk menjalin persahabatan dan saling mengenalkan kebudayaan antar negara. Partisipan yang menjadi peserta adalah organisasi-organisasi warga asing yang ada di Tsukuba dan sekitarnya. Termasuk pula Indonesia.
Sebagian besar stand memperkenalkan sekaligus menjual makanan khas negaranya. Seperti tahun lalu, stand Indonesia juga didominasi oleh beraneka ragam makanan khas Indonesia. Serta memamerkan beberapa cinderamata dan barang-barang kesenian. Beberapa orang panitia yang bertugas di stand Indonesia juga mengenakan pakaian daerah untuk menarik perhatian pengunjung dan semakin meramaikan stand.
Hari pertama, pengunjung tidak terlalu ramai karena pada hari tersebut hujan mengguyur kota Tsukuba sejak pagi hingga malam. Cuaca juga lebih dingin daripada biasanya, yang mungkin menyebabkan warga Tsukuba enggan untuk keluar rumah.
Syukurlah hari kedua cuaca lebih bersahabat dan pengunjung pun lebih ramai. Warga Indonesia yang tinggal di sekitar Tsukuba juga banyak yang datang.
Sekali merengkuh dayung, 2 – 3 pulau terlampau. Mungkin peribahasa tersebut dapat dipakai untuk menggambarkan fungsi event ini. Karena walaupun tinggal satu kota namun karena berbagai kesibukan, tidak setiap hari atau setiap minggu warga Indonesia yang tinggal di sekitar Tsukuba bisa bertemu. Event ini selain untuk mengenalkan Indonesia juga berfungsi sebagai ajang saling silaturahmi antar warga Indonesia. Bahkan ada salah seorang teman yang sudah 3 tahun menetap di Tsukuba, tapi baru tahu kalau orang Indonesia yang tinggal di Tsukuba ternyata banyak juga. Tidak hanya yang berprofesi pelajar atau pekerja, tapi juga ada yang menikah dengan warga Jepang.
Semoga event-event seperti ini bisa semakin mengenalkan Indonesia dan dapat memberi kesan baik dihati warga Jepang dan warga asing lainnya.
Foto-foto lainnya bisa dilihat di http://6310.teacup/masyarakat_indonesia_ibaraki_jepang/bbs
Monday, May 08, 2006
Tsukuba Science City
Tsukuba terletak di bagian selatan provinsi Ibaraki, berjarak sekitar 60 Km dari Tokyo dan 40 Km dari bandara internasional Narita. Di kota ini juga terdapat gunung, yaitu gunung Tsukuba dengan ketinggian 877 m.
Science City, itulah julukannya. Julukan itu bukan sembarang julukan. Tercatat ada 46 lembaga penelitian dan pendidikan nasional yang berada di Tsukuba. Serta beberapa lembaga penelitian swasta. Lembaga tersebut bergerak dalam berbagai bidang seperti antariksa dan ruang angkasa, elektronik, bioteknologi, agriculture, teknologi informasi, teknik sipil dan konstruksi, ilmu lingkungan, juga ilmu bumi dan energi. Tak heran bila tiap sisi jalan utama di Tsukuba selalu ditemui lembaga penelitian. Didirikannya Universitas Tsukuba juga semakin melengkapi kota ini sebagai “Science City” terbesar di Jepang. Di kota inilah kami tinggal sejak medio 2004. Kota modern yang asri. Modern dalam sarana dan prasarana kota, namun tetap asri dengan pemandangan hijau.
Science City, itulah julukannya. Julukan itu bukan sembarang julukan. Tercatat ada 46 lembaga penelitian dan pendidikan nasional yang berada di Tsukuba. Serta beberapa lembaga penelitian swasta. Lembaga tersebut bergerak dalam berbagai bidang seperti antariksa dan ruang angkasa, elektronik, bioteknologi, agriculture, teknologi informasi, teknik sipil dan konstruksi, ilmu lingkungan, juga ilmu bumi dan energi. Tak heran bila tiap sisi jalan utama di Tsukuba selalu ditemui lembaga penelitian. Didirikannya Universitas Tsukuba juga semakin melengkapi kota ini sebagai “Science City” terbesar di Jepang. Di kota inilah kami tinggal sejak medio 2004. Kota modern yang asri. Modern dalam sarana dan prasarana kota, namun tetap asri dengan pemandangan hijau.
Subscribe to:
Posts (Atom)