Mulai pertengahan bulan Februari sampai hari ini, frekuensi pertemuan saya dengan teman-teman semakin rapat. Sebenarnya bukan karena saya punya ratusan teman di Tsukuba, hanya saja beda komunitas walaupun orangnya itu-itu juga. Paling ada 2 atau 3 orang yang berbeda.
Seringnya berkumpul, secara tidak sengaja saya jadi tahu telepon genggam yang banyak mereka pakai saat ini. Teman-teman yang orang Indonesia hampir semuanya sudah menggunakan iPhone kecuali saya, ibu itu... dan mbak itu. Saya rasa tentang apa itu iPhone, sudah mengerti ya?! Kalau belum ataupun kurang mengerti, silahkan tanya om Google :D
Melihat teman-teman menggunakan iPhone, terlihat praktis sekali. Dimana dan kapan pun mereka bisa online, main game, dengarin musik ataupun memeriksa dan membalas email. Belum lagi kalau ada objek yang bagus untuk dijepret, langsung deh bergaya. Trus fotonya bisa langsung upload ke situs jejaring sosial mereka. Praktis kan?!
Alasan kepraktisan itulah yang membuat saya juga tergoda untuk memiliki iPhone. Saya pun mengajukan proposal kepada suami, yang kemudian ditindak lanjuti dengan mencari info tentang benda tersebut.
Setelah menerima dan memikirkan masukan dari beberapa teman, termasuk di antaranya yang sudah menggunakan iPhone sejak beberapa bulan yang lalu, kami memutuskan tidak jadi membeli benda itu. Karena kemungkinan besar, tidak sesuai dengan kebutuhan kami.
Ya sudah, demam pun berlalu :D
Tuesday, March 09, 2010
Wednesday, March 03, 2010
Indonesia, Yang Saya Punya
Saat berpamitan dengan seorang kenalan yang kebetulan bukan orang Jepang, sebut saja namanya Ms. Mary, ada satu pertanyaannya yang cukup membuat saya sedikit tersindir.
"Are you really an Indonesian?"
"Yes, off course. Why did you ask it?" Saya mengira dia bercanda.
"Saya pernah berkunjung ke Jakarta selama satu bulan. Dan saya berhubungan dengan banyak orang Indonesia."
"Oh ya?!"
"Ya, dan saya perhatikan kalau hampir semua orang Indonesia itu berkulit hampir coklat. Tapi waktu pertama bertemu kamu...."
"Memangnya kenapa dengan saya??"
"Kulitmu putih. Dan waktu kamu bilang berasal dari Indonesia, saya agak kaget."
Ucapannya itu cukup membuat saya ge-er.
"Ooo, begitu kah?? Menurut anda, tadinya saya berasal dari mana?"
"Hmm... Kamu lebih mirip orang China."
"No... No. Hanya darah Indonesia yang saya punya. Asli."
"Benarkah? Tidak ada keturunan China?"
"Yang saya tahu, kakek-nenek asli Indonesia. Bahkan nenek buyut/ nenek ayah saya (masih hidup sampai saya masa kuliah), juga asli Indonesia. Seandainya kami ada keturunan China, pasti ada kebudayaan China yang kami jalani sehari-hari."
********
Singkat cerita, dia percaya saya orang Indonesia asli. Sebaliknya saya yang mulai gelisah. Asli Indonesia tapi apa saja yang sudah saya perbuat untuk bangsa dan tanah air Indonesia?
"Are you really an Indonesian?"
"Yes, off course. Why did you ask it?" Saya mengira dia bercanda.
"Saya pernah berkunjung ke Jakarta selama satu bulan. Dan saya berhubungan dengan banyak orang Indonesia."
"Oh ya?!"
"Ya, dan saya perhatikan kalau hampir semua orang Indonesia itu berkulit hampir coklat. Tapi waktu pertama bertemu kamu...."
"Memangnya kenapa dengan saya??"
"Kulitmu putih. Dan waktu kamu bilang berasal dari Indonesia, saya agak kaget."
Ucapannya itu cukup membuat saya ge-er.
"Ooo, begitu kah?? Menurut anda, tadinya saya berasal dari mana?"
"Hmm... Kamu lebih mirip orang China."
"No... No. Hanya darah Indonesia yang saya punya. Asli."
"Benarkah? Tidak ada keturunan China?"
"Yang saya tahu, kakek-nenek asli Indonesia. Bahkan nenek buyut/ nenek ayah saya (masih hidup sampai saya masa kuliah), juga asli Indonesia. Seandainya kami ada keturunan China, pasti ada kebudayaan China yang kami jalani sehari-hari."
********
Singkat cerita, dia percaya saya orang Indonesia asli. Sebaliknya saya yang mulai gelisah. Asli Indonesia tapi apa saja yang sudah saya perbuat untuk bangsa dan tanah air Indonesia?
Subscribe to:
Posts (Atom)