Seminar di lab kemarin adalah yang terakhir untuk term ini. Memasuki liburan musim panas (1 Juli - 31 Agustus), seperti biasa Fukushima sensei menyampaikan pesan-pesannya dan menanyakan rencana apa yang akan kami lakukan untuk mengisi liburan kali ini. Pesan-pesan sensei kurang menarik untuk ditulis panjang-panjang di sini, karena merupakan pesan klasik : have nice holiday; the weather is getting hotter, keep your body health; etc.... Yang lebih menarik adalah rencana teman-teman mengisi liburannya.
Han san, berencana mulai menulis paper berdasarkan data yang telah dia kumpulkan. Dia mentargetkan sebelum akhir tahun ini paper tersebut bisa submit ke jurnal. Raufel san (yang belum lama tiba di Tsukuba) akan mengikuti Summer Class Japanese. Sun san berencana mengikuti driving school untuk mengisi liburannya. Saya sendiri akan berangkat ke lapangan (di Kochi prefecture, pulau Shikoku) selama seminggu, mengumpulkan data penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis dan membuat tulisan untuk persiapan seminar di Ehime (pulau Shikoku juga) bulan September nanti.
Fukushima sensei tidak banyak berkomentar tentang rencana kami, kecuali rencana Sun san. Sensei menyatakan keberatannya atas rencana tersebut. Bahkan cenderung melarang. Menurut sensei, "Terlalu riskan bila pelajar asing mengendarai mobil di Jepang. Terutama yang baru belajar atau baru bisa menyetir. Walaupun punya driving license, kalau terjadi pelanggaran akan dikenai sanksi yang berat."
Sensei juga sempat bertanya, "mengapa ingin belajar mengendarai mobil di sini? Biaya pelatihannya kan cukup mahal. Kalau tidak ada alasan yang benar-benar urgent, sebaiknya jangan. Toh bersepeda juga praktis."
Saat itu terlihat sekali sensei benar-benar keberatan dengan rencana Sun san itu. Keberatan itu sudah pasti berlaku juga untuk saya. Karenanya saya jadi perlu berpikir lagi kalau ingin punya mobil di sini. Lagi pula, untuk perjalanan jauh (seperti ke Tokyo) dirasa memang lebih praktis bila menggunakan kendaraan umum. Untuk transportasi di dalam Tsukuba, sementara ini cukup bersepeda atau memanfaatkan jasa bis kampus dan bis lain yang tarifnya murah meriah. *smile*
(-Luki-)
Friday, June 30, 2006
Wednesday, June 28, 2006
Rujak Made in Japan
Bagi orang Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan makanan yang bernama “Rujak”. Rujak terdiri dari potongan buah-buahan yang diberi saus kacang. Buah-buahan segar ditambah saus kacang rasa manis, asam, asin dan pedas terasa sangat menggugah selera. Terutama bagi saya yang sudah lama tidak mencicipi rujak. Natsukashii......(ungkapan kerinduan terhadap sesuatu)
Sewaktu masak dan makan siang bersama teman-teman Jepang, rujak menjadi pilihan sebagai dessert. Tapi jangan membayangkan rujak yang kami buat ini sama dengan rujak yang ada di Indonesia. Karena buah-buahan yang digunakan disesuaikan dengan ketersedian yang ada di sini. Dengan buah nanas, timun, apel dan kiwi, jadilah "rujak made in Japan." Tapi rasa bumbunya tidak jauh berbeda, karena bahan-bahan untuk bumbu rujak tersedia di sini. *smile*
Walaupun rujak terkenal di Indonesia, ternyata berbeda dengan di Jepang. Hanya sedikit orang Jepang yang mengenal rujak. Untuk makanan sejenis itu (baca : yang menggunakan saus kacang) mereka lebih mengenal gado-gado. Menurut mereka, rujak jarang ditemui di food court dan restoran-restoran Indonesia. Salah seorang teman (orang Jepang) yang pernah mencicipi rujak sewaktu tinggal di Indonesia bilang, dia beli rujak dari tukang rujak pakai gerobak dorong yang lewat di depan rumah. Oo... saya mengerti sekarang, kenapa rujak kalah terkenal dibanding gado-gado??? Ternyata belum banyak rujak yang masuk restoran. Tapi apakah memang benar begitu??? Saya sendiri (waktu di Indonesia) kalau ingin makan rujak, selalu menunggu tukang rujak lewat di depan rumah. Rasanya memang tidak pernah makan rujak di food court atau di restoran. Jadi tidak sempat memperhatikan apakah ada menu rujak di food court atau restoran yang pernah saya singgahi. Kalau menu gado-gado, memang lebih sering ditemui. Bahkan restoran Indonesia yang ada di Jepang juga menawarkan gado-gado sebagai salah satu menunya.
Terlepas dari kekurang populernya di luar Indonesia, orang Jepang yang pernah makan rujak mengaku agak heran dengan rasa saus kacangnya. Campuran cabe, bawang putih, kacang tanah, asam, garam dan gula merah ternyata bisa membentuk cita rasa yang sedap. Ini sangat berbeda dengan bumbu masakan Jepang. Menurut teman-teman itu, tidak ada masakan Jepang yang mempunyai rasa lengkap manis, asam, asin dan pedas. Misalkan sushi, ikan mentah dengan kepalan nasi yang rasanya asam manis, kemudian saat makan dicelupkan pada syoyu (kecap asin) yang berasa asin. Atau sashimi, ikan mentah yang dimakan juga menggunakan syoyu, jadi rasanya hanya asin.
Rujak hanya salah satu dari sebagian banyak makanan Indonesia. Namun hal itu mengingatkan saya bahwa makanan Indonesia memang kaya rasa dan kaya buah-buahan.
Sewaktu masak dan makan siang bersama teman-teman Jepang, rujak menjadi pilihan sebagai dessert. Tapi jangan membayangkan rujak yang kami buat ini sama dengan rujak yang ada di Indonesia. Karena buah-buahan yang digunakan disesuaikan dengan ketersedian yang ada di sini. Dengan buah nanas, timun, apel dan kiwi, jadilah "rujak made in Japan." Tapi rasa bumbunya tidak jauh berbeda, karena bahan-bahan untuk bumbu rujak tersedia di sini. *smile*
Walaupun rujak terkenal di Indonesia, ternyata berbeda dengan di Jepang. Hanya sedikit orang Jepang yang mengenal rujak. Untuk makanan sejenis itu (baca : yang menggunakan saus kacang) mereka lebih mengenal gado-gado. Menurut mereka, rujak jarang ditemui di food court dan restoran-restoran Indonesia. Salah seorang teman (orang Jepang) yang pernah mencicipi rujak sewaktu tinggal di Indonesia bilang, dia beli rujak dari tukang rujak pakai gerobak dorong yang lewat di depan rumah. Oo... saya mengerti sekarang, kenapa rujak kalah terkenal dibanding gado-gado??? Ternyata belum banyak rujak yang masuk restoran. Tapi apakah memang benar begitu??? Saya sendiri (waktu di Indonesia) kalau ingin makan rujak, selalu menunggu tukang rujak lewat di depan rumah. Rasanya memang tidak pernah makan rujak di food court atau di restoran. Jadi tidak sempat memperhatikan apakah ada menu rujak di food court atau restoran yang pernah saya singgahi. Kalau menu gado-gado, memang lebih sering ditemui. Bahkan restoran Indonesia yang ada di Jepang juga menawarkan gado-gado sebagai salah satu menunya.
Terlepas dari kekurang populernya di luar Indonesia, orang Jepang yang pernah makan rujak mengaku agak heran dengan rasa saus kacangnya. Campuran cabe, bawang putih, kacang tanah, asam, garam dan gula merah ternyata bisa membentuk cita rasa yang sedap. Ini sangat berbeda dengan bumbu masakan Jepang. Menurut teman-teman itu, tidak ada masakan Jepang yang mempunyai rasa lengkap manis, asam, asin dan pedas. Misalkan sushi, ikan mentah dengan kepalan nasi yang rasanya asam manis, kemudian saat makan dicelupkan pada syoyu (kecap asin) yang berasa asin. Atau sashimi, ikan mentah yang dimakan juga menggunakan syoyu, jadi rasanya hanya asin.
Rujak hanya salah satu dari sebagian banyak makanan Indonesia. Namun hal itu mengingatkan saya bahwa makanan Indonesia memang kaya rasa dan kaya buah-buahan.
Wednesday, June 21, 2006
When I`d Taken a Trip by Bus
Ingin keliling Tsukuba dengan ongkos murah meriah?? "Tsuku Bus" bisa dijadikan alternatif kendaraan. Rute trayek-nya pun bervariasi, tinggal menyesuaikan kemana tujuan kita. Meskipun murah meriah, tapi jarak halte yang terlalu berjauhan serta interval jadwal keberangkatan yang jarang menjadi kelemahan bus ini (menurut saya). Dengan Tsuku Bus, kalau perjalanan dari terminal ke tempat A perlu waktu 15 menit, untuk balik ke terminal lagi butuh waktu 1 jam karena harus keliling-keliling dulu. Jadi menghabiskan waktu lama di perjalanan. Bagi yang tidak kuat dalam perjalanan dengan bus, selama perjalanan akan terasa tidak nyaman. Karena berbagai efek mabuk perjalanan seperti pusing, masuk angin dan rasa mual. Sehingga niat awal ingin lebih mengenal daerah-daerah di Tsukuba berubah menjadi keinginan secepatnya pulang ke rumah dan istirahat. Tapi bagi yang hobi keliling kota, silahkan saja. Soalnya murah meriah..... *big smile*
Note : ini pengalaman Shinta. Kalau buat Luki, sepertinya naik bus keliling kota OK-OK aja tuh...
Thursday, June 15, 2006
A Note from Charity for Yogya
Yogya masih berduka. Setelah gempa yang meluluh lantakkan wilayah Yogya dan Jateng, sekarang bahaya Merapi juga masih mengancam. Entah kapan ancaman ini akan berakhir. Tak satupun dari kita yang tahu. Hanya Dia yang tahu, karena Dia yang berkehendak dan Dia pula yang punya kuasa untuk menghentikannya.
Sebagai wujud kepedulian terhadap bencana yang terjadi di Yogya dan Jateng, beberapa waktu lalu diadakan kegiatan penggalangan dana untuk korban gempa. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari, berlokasi di sekitar Tsukuba Center. Walaupun pada hari kedua cuaca kurang bersahabat (seharian Tsukuba diguyur hujan) namun kegiatan tetap dilangsungkan. Hanya saja waktu pelaksanaannya lebih singkat dibanding hari pertama. Apresiasi warga Tsukuba terhadap kegiatan ini juga baik. Karena selama kurang lebih seminggu sejak gempa itu terjadi, berita tentang gempa tersebut selalu ditayangkan di TV Jepang. Termasuk pula berita tentang lambannya penyaluran bantuan bagi korban gempa. Sehingga tidak susah menjelaskan kepada mereka tentang kondisi korban di lokasi gempa.
Tahun lalu, kegiatan serupa juga pernah diadakan untuk membantu korban tsunami Aceh. Tetapi dalam format yang berbeda. Kegiatannya bersamaan dengan Tsukuba Int`l Fair ‘05, dimana 20 % hasil penjualan (makanan) disumbangkan bagi korban tsunami Aceh. Namun dana yang berhasil dikumpulkan dari kedua kegiatan (untuk Yogya maupun Aceh) relatif sama.
Waktu penggalangan dana untuk Aceh, panitia harus melakukan banyak pekerjaan. Mulai dari rapat persiapan sampai hari pelaksanaannya harus bergantian stand by di tenda melayani pengunjung. Tapi untuk Yogya berbeda, panitia yang bekerja pun tidak perlu banyak orang. Karena format kegiatannya hanya menyediakan kotak sumbangan dan memajang foto-foto kondisi Yogya setelah diamuk gempa. Bagi yang tertarik untuk menyumbang, silahkan datang langsung ke kotak sumbangan.
Sekilas, kegiatan ini hampir sama seperti (maaf) pengemis yang meminta-minta di pinggir jalan. Hanya saja tujuannya yang berbeda, dalam hal ini mengemis untuk membantu orang lain bukan untuk kepentingan sendiri. Jadi kasarnya bisa disimpulkan bahwa mengemis untuk menbantu orang lain, derajatnya lebih mulia. Dan derajat kemuliaan manusia dapat dilihat dari sejauh mana dirinya bermanfaat bagi orang lain. Seperti hadist riwayat Bukhari, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.”
Mari kembali ke topik penggalangan dana. Melihat dana yang berhasil dikumpulkan selama dua hari itu, tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, hanya menunggui kotak sumbangan saja dan juga tidak perlu keahlian khusus, hasilnya sama dengan berjualan makanan (yang memerlukan keahlian marketing dan tata boga) di tenda selama dua hari. Pantas saja jumlah peminta-minta di tanah air belakangan ini meningkat. Tak heran kalau sering dijumpai para peminta-minta yang sebenarnya masih muda, kuat dan sehat. Mungkin karena tidak punya keahlian, mereka memilih jadi pengemis. Atau mungkin juga karena kemalasan.
Namun harus selalu diingat bahwa, apapun yang kita kerjakan jangan terlalu mengutamakan hasil. Yang diutamakan adalah niat dan usaha. Seperti juga orang Jepang yang selalu berujar “ganbare....!!” atau “ganbatte.... !!” Itu semua untuk memotivasi agar selalu berusaha dengan baik. Hasilnya sukses ataupun gagal, itu urusan belakangan. Yang penting berusaha dulu.
Sebagai wujud kepedulian terhadap bencana yang terjadi di Yogya dan Jateng, beberapa waktu lalu diadakan kegiatan penggalangan dana untuk korban gempa. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari, berlokasi di sekitar Tsukuba Center. Walaupun pada hari kedua cuaca kurang bersahabat (seharian Tsukuba diguyur hujan) namun kegiatan tetap dilangsungkan. Hanya saja waktu pelaksanaannya lebih singkat dibanding hari pertama. Apresiasi warga Tsukuba terhadap kegiatan ini juga baik. Karena selama kurang lebih seminggu sejak gempa itu terjadi, berita tentang gempa tersebut selalu ditayangkan di TV Jepang. Termasuk pula berita tentang lambannya penyaluran bantuan bagi korban gempa. Sehingga tidak susah menjelaskan kepada mereka tentang kondisi korban di lokasi gempa.
Tahun lalu, kegiatan serupa juga pernah diadakan untuk membantu korban tsunami Aceh. Tetapi dalam format yang berbeda. Kegiatannya bersamaan dengan Tsukuba Int`l Fair ‘05, dimana 20 % hasil penjualan (makanan) disumbangkan bagi korban tsunami Aceh. Namun dana yang berhasil dikumpulkan dari kedua kegiatan (untuk Yogya maupun Aceh) relatif sama.
Waktu penggalangan dana untuk Aceh, panitia harus melakukan banyak pekerjaan. Mulai dari rapat persiapan sampai hari pelaksanaannya harus bergantian stand by di tenda melayani pengunjung. Tapi untuk Yogya berbeda, panitia yang bekerja pun tidak perlu banyak orang. Karena format kegiatannya hanya menyediakan kotak sumbangan dan memajang foto-foto kondisi Yogya setelah diamuk gempa. Bagi yang tertarik untuk menyumbang, silahkan datang langsung ke kotak sumbangan.
Sekilas, kegiatan ini hampir sama seperti (maaf) pengemis yang meminta-minta di pinggir jalan. Hanya saja tujuannya yang berbeda, dalam hal ini mengemis untuk membantu orang lain bukan untuk kepentingan sendiri. Jadi kasarnya bisa disimpulkan bahwa mengemis untuk menbantu orang lain, derajatnya lebih mulia. Dan derajat kemuliaan manusia dapat dilihat dari sejauh mana dirinya bermanfaat bagi orang lain. Seperti hadist riwayat Bukhari, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.”
Mari kembali ke topik penggalangan dana. Melihat dana yang berhasil dikumpulkan selama dua hari itu, tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, hanya menunggui kotak sumbangan saja dan juga tidak perlu keahlian khusus, hasilnya sama dengan berjualan makanan (yang memerlukan keahlian marketing dan tata boga) di tenda selama dua hari. Pantas saja jumlah peminta-minta di tanah air belakangan ini meningkat. Tak heran kalau sering dijumpai para peminta-minta yang sebenarnya masih muda, kuat dan sehat. Mungkin karena tidak punya keahlian, mereka memilih jadi pengemis. Atau mungkin juga karena kemalasan.
Namun harus selalu diingat bahwa, apapun yang kita kerjakan jangan terlalu mengutamakan hasil. Yang diutamakan adalah niat dan usaha. Seperti juga orang Jepang yang selalu berujar “ganbare....!!” atau “ganbatte.... !!” Itu semua untuk memotivasi agar selalu berusaha dengan baik. Hasilnya sukses ataupun gagal, itu urusan belakangan. Yang penting berusaha dulu.
Saturday, June 10, 2006
Demam World Cup 2006
Genderang World Cup 2006 (WC 2006) telah dibunyikan sebagai tanda dimulainya perhelatan kompetisi sepak bola paling bergengsi di dunia. Sebanyak 32 negara akan berlaga untuk menjadi pemenang. Bahkan Montenegro yang baru memproklamirkan pemisahan dengan Serbia (21 Mei yang lalu) juga tak ketinggalan, meskipun di WC 2006 ini mereka berjuang dalam satu tim. Tidak hanya di Jerman (tuan rumah), gemanya pun sampai ke seluruh dunia. Bisa dipastikan, selama sebulan kedepan kita akan disuguhi segala sesuatu yang berbau WC 2006. Pecinta sepak bola ataupun tidak, suguhan itu akan tetap ada.
Bagi para pecinta sepak bola, moment ini adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Bahkan salah satu rumah sakit besar di Bandung, sengaja menyediakan pesawat TV bagi petugas jaga kamar jenazah agar bisa menyaksikan acara ini. Tempat-tempat keramaian pun, memanfaatkan moment ini untuk menarik pengunjung. Semua jadi ikut `demam WC 2006`.
Namun harap berhati-hati dengan demam yang satu ini. Sebagaimana diketahui, sebagian besar pertandingannya disiarkan secara langsung oleh stasiun TV yang memegang hak siar WC 2006. Bagi yang tinggal di negara asia timur/tenggara, termasuk Indonesia dan Jepang, acaranya disiarkan mulai tengah malam yang notabene adalah waktu istirahat. Bagi para pecinta sepak bola, jangan sampai produktivitas kerja terhambat atau menurun akibat nonton WC 2006. Gara-gara nonton, jadi kesiangan dan ide-ide kreatif yang sering muncul pagi-pagi jadi ngabur semua !!
Ataukah perlu adanya perubahan jam biologis khusus bagi pecinta sepak bola?? Jam kerja dipindah, yang awalnya pagi - sore dirubah jadi sore – malam. Terus tengah malam dilanjutkan nonton sampai selesai. Pagi sampai siang menjadi waktu istirahat. Kalau begini, jadi seperti pekerja shift malam ya?! Atau seperti kelelawar?!
Tuesday, June 06, 2006
SMAP vs Michael Jackson
Waktu nonton TV tadi malam, ada acara SMAP vs SMAP di FujiTV. Kebetulan si babe ngefans sama SMAP, lirik lagunya bagus-bagus (begitu katanya). Padahal, cuma lagu “Sekai ni hitotsu dake no hana” aja yang tahu lirik lengkapnya. Lagu lainnya cuma tau sepotong-sepotong aja (hehehe…*sambil nyengir* ). Sebenarnya, lagu “sekai ni ….” itu lagu daur ulang (rearrangement), sebelumnya dah pernah dinyanyiin. Tapi menurut babe, lebih bagus yang dinyanyiin oleh SMAP. Nama-nama personilnya, dia juga ga semua tahu. Ini ngefans sama penyanyi atau lagunya sih?? *big smile*
Di acara tadi malam, ceritanya SMAP sedang latihan untuk persiapan acara apa gitu. Mereka ga sadar kalau sedang ditonton oleh Michael Jackson. Selesai latihan, Jacko langsung tepuk tangan dan menghampiri mereka. Surprise...!!! Mereka benar-benar ga nyangka didatangi superstar. Sepertinya personil SMAP juga ngefans sama Jacko. Mereka sampai perlu bertanya berkali-kali, apakah yang datang itu Jacko beneran?? Atau orang lain yang berdandan ala Jacko. Berkali-kali Jacko menjelaskan bahwa, “ I`m Michael Jackson from USA.” Tapi tetap saja para personil SMAP balik nanya, “hontou???” Sepertinya mereka belum percaya bahwa yang berdiri dihadapan mereka itu benar-benar Jacko. Kami yang nonton, jadi ketawa-ketiwi melihat ekspresi personil SMAP itu.
Aku jadi teringat sama acara penggemar ketemu artis idolanya (baca : Mimpi kali yee...) yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun TV. Hanya saja, acara tadi malam ini yang ketemu kebetulan sama-sama artis. Aku rasa hampir semua orang mengenal Michael Jackson. Dan SMAP sendiri, juga salah satu boyband terkenal di Jepang. Salah satu personilnya Takuya Kimura, juga terkenal di Indonesia. Jadi sebenarnya ga heran kalo mereka ketemu, toh sama-sama penyanyi. Kebanyakan orang, kalau bertemu dengan artis idolanya pasti heboh, histeris dan melakukan tindakan-tindakan lain yang mengekspresikan kegembiraan mereka saat itu.*geleng-geleng kepala* Tapi SMAP ga tuh... Mereka ga menjerit histeris ataupun bertingkah `nggilani` (bahasa Jawa, maaf kurang tahu apa artinya yang pas dalam bahasa Indonesia).
Waktu masih di Yogya, aku juga pernah ketemu Adam SO7. Waktu itu, aku jajan di samping kampus pertanian dan Adam juga sedang jajan di sana sama temannya. Aku lihat dia, dan dia juga lihat sambil tersenyum. Aku balas senyum lagi. Ga papalah... sedekah *smile* Udah begitu aja. Pikirku dia kan manusia, sama seperti aku. Kenapa harus bertingkah berlebihan kalo ketemu?? Tapi sempat heran juga, kok orang terkenal kaya dia mau-maunya jajan di pedagang K5?? Mungkin aja dia juga berpikir, toh sama-sama manusia?!
“Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah. Jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu. Dan jadilah manusia biasa dihadapan orang lain.” (HR Ali bin Abu Thalib ra).
Di acara tadi malam, ceritanya SMAP sedang latihan untuk persiapan acara apa gitu. Mereka ga sadar kalau sedang ditonton oleh Michael Jackson. Selesai latihan, Jacko langsung tepuk tangan dan menghampiri mereka. Surprise...!!! Mereka benar-benar ga nyangka didatangi superstar. Sepertinya personil SMAP juga ngefans sama Jacko. Mereka sampai perlu bertanya berkali-kali, apakah yang datang itu Jacko beneran?? Atau orang lain yang berdandan ala Jacko. Berkali-kali Jacko menjelaskan bahwa, “ I`m Michael Jackson from USA.” Tapi tetap saja para personil SMAP balik nanya, “hontou???” Sepertinya mereka belum percaya bahwa yang berdiri dihadapan mereka itu benar-benar Jacko. Kami yang nonton, jadi ketawa-ketiwi melihat ekspresi personil SMAP itu.
Aku jadi teringat sama acara penggemar ketemu artis idolanya (baca : Mimpi kali yee...) yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun TV. Hanya saja, acara tadi malam ini yang ketemu kebetulan sama-sama artis. Aku rasa hampir semua orang mengenal Michael Jackson. Dan SMAP sendiri, juga salah satu boyband terkenal di Jepang. Salah satu personilnya Takuya Kimura, juga terkenal di Indonesia. Jadi sebenarnya ga heran kalo mereka ketemu, toh sama-sama penyanyi. Kebanyakan orang, kalau bertemu dengan artis idolanya pasti heboh, histeris dan melakukan tindakan-tindakan lain yang mengekspresikan kegembiraan mereka saat itu.*geleng-geleng kepala* Tapi SMAP ga tuh... Mereka ga menjerit histeris ataupun bertingkah `nggilani` (bahasa Jawa, maaf kurang tahu apa artinya yang pas dalam bahasa Indonesia).
Waktu masih di Yogya, aku juga pernah ketemu Adam SO7. Waktu itu, aku jajan di samping kampus pertanian dan Adam juga sedang jajan di sana sama temannya. Aku lihat dia, dan dia juga lihat sambil tersenyum. Aku balas senyum lagi. Ga papalah... sedekah *smile* Udah begitu aja. Pikirku dia kan manusia, sama seperti aku. Kenapa harus bertingkah berlebihan kalo ketemu?? Tapi sempat heran juga, kok orang terkenal kaya dia mau-maunya jajan di pedagang K5?? Mungkin aja dia juga berpikir, toh sama-sama manusia?!
“Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah. Jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu. Dan jadilah manusia biasa dihadapan orang lain.” (HR Ali bin Abu Thalib ra).
Friday, June 02, 2006
About language : Gengo no koto
Tadi siang saya diundang makan siang di rumah Ishikawa san. Today`s menu was chicken curry, hmm....it was delicious. Bukan cuma saya saja, ada beberapa teman lainnya yang diundang juga. Salah satunya tetangga Ishikawa san. Aduuh, siapa ya namanya?! Susah mengingat nama (terutama orang asing), kebiasaan yang jelek nih :( Tapi nama anaknya ingat kok, Aoi chan. Sebut aja mamanya Aoi :D
Mamanya Aoi ini orang Jepang asli tapi tidak terlalu bisa berbahasa Jepang sebagaimana layaknya orang Jepang lainnya. Beliau malah lebih fasih berbahasa Spanyol (Spanish, Espanol). Lha kok bisa begitu??? Ternyata sejak lahir sampai remaja, beliau ini bermukim di Dominika (salah satu negara Amerika Latin). Wajar saja kalau lebih fasih karena bahasa Spanyol adalah bahasa nasional di Dominika. Selain bahasa Portugis, Spanyol adalah bahasa yang dominan di Amerika Latin.
Bicara tentang bahasa Spanyol, saya jadi teringat dengan salah satu teman waktu ikut kelas Japanese, namanya Darira Montearegule. Darira san ini berasal dari Nicaragua, negara Amerika Latin yang juga berbahasa Spanyol.
Di sela-sela pelajaran Japanese, biasanya sensei sering ngajak cerita atau tanya-tanya tentang kebiasaan di negara muridnya. Kadang juga membandingkan dengan kebiasaan di Jepang. Suatu waktu, sensei tanya tentang bahasa. Orang Jepang menyebut negaranya Nihon/Nippon, dan bahasanya Nihon go. Lalu Darira san (yang lebih dulu ditanya) menjawab negaranya Nicaragua, bahasanya Spanish. Berikutnya teman-teman yang dari China menjawab, negaranya China dan bahasanya Chinese. Lalu tibalah giliran saya, negara saya Indonesia dan bahasanya Indonesia.
Sewaktu memberi jawaban itu, terbersit rasa bangga di hati saya. Bagaimana tidak bangga?? Walaupun negara kita pernah dijajah oleh 4 negara (Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang), masing-masing dengan bahasa yang sangat berbeda namun bangsa kita berhasil mempertahankan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Sensei juga sempat bertanya, “apa Nicaragua tidak punya bahasa asli?” Menurut Darira san ada, tapi hanya orang-orang tua yang tahu. Generasi mudanya hanya mengenal bahasa Spanyol.
Bersyukurlah saya, karena bahasa Indonesia tidak tergeser oleh perubahan jaman, tetap dipakai sejak dulu hingga sekarang.
Thursday, June 01, 2006
Father`s day
Chichi no hi tahun ini jatuh pada tanggal 18 Juni. Tiap tahun tanggalnya selalu berubah, tapi yang jelas pada hari minggu ketiga bulan juni. Berbeda dengan di Indonesia, di Jepang selain hari ibu juga diperingati hari ayah. Hari ibu diperingati tiap hari minggu kedua bulan Mei, kalo di Indonesia kan 22 Desember. Kurang tahu juga kenapa hari ayah jatuhnya kok di bulan Juni? Ada yang tau sejarahnya?
Lain lagi di Korea (Korsel,maksudnya), di sana tidak ada hari ibu maupun hari ayah. Yang ada hari orang tua. Tanggalnya, lupa euy.....:( Padahal waktu itu pernah dikasih tahu. Alkisah dulu di Korea, hari ibu dan hari ayah diperingati terpisah. Tapi sekarang dijadikan satu hari. Alasannya biar anak-anak bisa kasih hadiah ke ortu-nya pada hari yang sama. Kalo harinya terpisah, trus salah satu aja yang dapat hadiah, takutnya yang satu lagi bisa ngiri kali yaa....:D :D
Ceritanya, tahun ini aku pengen kasih hadiah buat babe. Mau kasih surprise gitu lhoo....Tapi belum ada ide niiih... Mau ngasih apa ya? Sebenarnya toko-toko dan supermarket sudah banyak menawarkan pilihan hadiah, tapi kok belum ada yang sreg dengan hatiku.
Pernah sambil bercanda aku tanyain, "kalo ada yang mau kasih hadiah, babe pengen dikasih apa?"
Jawabnya, "Emangnya siapa sih yang mau kasih hadiah? Trus dalam rangka apa?"
Lhaa... jadi bingung aku ngejawabnya. Tar kalo diceritain jadi ga surprise dong.... :)
Aku bilang aja, "Maybe someone wanna give U a present."
"Baru `mungkin` kan??! Berarti bisa iya or ga dong...!"
Tambah bingung deh aku. Maksudnya pengen ngorek, eh malah tambah ga jelas.
Ya udah, ntar sambil jalan dipikirin deh....
*Chichi no hi : father`s day
Lain lagi di Korea (Korsel,maksudnya), di sana tidak ada hari ibu maupun hari ayah. Yang ada hari orang tua. Tanggalnya, lupa euy.....:( Padahal waktu itu pernah dikasih tahu. Alkisah dulu di Korea, hari ibu dan hari ayah diperingati terpisah. Tapi sekarang dijadikan satu hari. Alasannya biar anak-anak bisa kasih hadiah ke ortu-nya pada hari yang sama. Kalo harinya terpisah, trus salah satu aja yang dapat hadiah, takutnya yang satu lagi bisa ngiri kali yaa....:D :D
Ceritanya, tahun ini aku pengen kasih hadiah buat babe. Mau kasih surprise gitu lhoo....Tapi belum ada ide niiih... Mau ngasih apa ya? Sebenarnya toko-toko dan supermarket sudah banyak menawarkan pilihan hadiah, tapi kok belum ada yang sreg dengan hatiku.
Pernah sambil bercanda aku tanyain, "kalo ada yang mau kasih hadiah, babe pengen dikasih apa?"
Jawabnya, "Emangnya siapa sih yang mau kasih hadiah? Trus dalam rangka apa?"
Lhaa... jadi bingung aku ngejawabnya. Tar kalo diceritain jadi ga surprise dong.... :)
Aku bilang aja, "Maybe someone wanna give U a present."
"Baru `mungkin` kan??! Berarti bisa iya or ga dong...!"
Tambah bingung deh aku. Maksudnya pengen ngorek, eh malah tambah ga jelas.
Ya udah, ntar sambil jalan dipikirin deh....
*Chichi no hi : father`s day
Subscribe to:
Posts (Atom)