Masih tentang hobi nih. Tidak jarang, sepasang ataupun beberapa orang bersatu karena memiliki kesamaan hobi. Mereka membentuk grup / perkumpulan berdasarkan kesamaan tersebut. Bahkan ada yang menikah karena kesamaan hobi sebagai salah satu alasan memilih pasangan.
Saya dan suami, agak sedikit berbeda. Hobi kami tidak sama namun saling melengkapi satu sama lain.
Salah satu hobi suami saya adalah bermain musik. Darah seni memang mengalir di dalam keluarganya melalui sang ayah yang seorang gitaris dan violist sebuah band di masa mudanya. Hanya saja pada masa itu, bermusik bukanlah pilihan yang direstui untuk jadi sandaran hidup. Itu juga yang di-doktrin-kan kepada suami saya dan saudara-saudaranya sehingga musik hanya jadi penghibur di kala sepi atau salah satu penenang di saat suntuk pada rutinitas sehari-hari.
Ketika suami sedang memainkan melodi sebuah lagu, seringkali suara saya menyuarakan liriknya. Dengan nada yang lebih sering tidak cocok dengan nada dasar melodi yang sedang dimainkannya. Telinga awam pasti bisa mendeteksi kalau suara penyanyi tidak sama dengan nada dasar musiknya. Jelas saja jadi terdengar aneh. Kalo meminjam istilah Tukul Arwana, listening skill-nya beda. Telinga saya tidak terlatih mendengarkan nada musik dengan tepat. Kalau sudah begitu, biasanya suami protes. "Dengerin intro-nya dong... Lagu ini, mainnya di nada apa? Trus cocokin suaranya!"
Biasanya saya hanya nyegir. Tapi kadang sempat nyeletuk juga, "makanya bikin lagu sendiri dong... Yang sesuai suaraku. Masak main musik tapi yang dimainin lagu orang melulu."
Lain suami, lain pula saya. Hobi yang sudah dijalani sejak kecil adalah membaca. Terutama bacaan fiksi yang berupa cerpen dan novel. Tapi jangan mengira koleksi novel saya banyak ya?! Karena saya senang membaca tapi tidak senang membeli. Ada banyak cara untuk mendapatkan bacaan tanpa harus membeli. Terkadang suami kelihatannya ingin tahu isi novel yang saya baca tapi langsung nyerah ketika melihat jumlah halamannya yang tebal. Dan sayalah yang diminta menceritakan isinya lengkap dengan pelajaran / hikmah yang bisa diambil. Tentu aja, sesuai interpretasi saya.
Untuk sebuah novel yang menurut saya bagus dan menarik, saya tahan lek-lekan (bergadang) untuk menamatkannya. Dan saya bisa membacanya berulang-ulang kali. Suami pernah bertanya ketika dilihatnya saya membaca novel yang sama berkali-kali.
"Apa ga bosan, baca novel yang sama berulang-ulang? Toh, ceritanya sama aja kan?!"
"Itulah tandanya novel yang bagus dan menarik. Dibaca berkali-kalipun, ga ngebosanin."
"Dimana sih menariknya?"
"Bisa ide ceritanya, karakter tokoh-tokohnya. Banyak hal deh yang bikin betah ngebacanya."
"Ah, bisanya cuma baca aja. Tulis novel sendiri dong, yang enak dibaca orang berkali-kali"
Saya tinggal nyengir aja.
Trus hobi saya yang lain adalah mencoba dan memodifikasi resep kue atau masakan. Yang banyak saya coba, resep kue. Baik itu resep dari majalah, tabloid atau hasil browsing. Biasanya saya mimilih resep kue yang kira-kira bisa dimakan oleh suami karena saya sendiri tidak suka ngemil. Hasilnya bisa sukses dan tak jarang gagal juga. Namun bagaimanapun hasilnya (asalkan ga hancur-hancur banget), tetap ludes dimakan suami. Itulah hikmahnya saling melengkapi hobi :D